Lampungpost.id–Pada Sabtu, 30 September 2023, pukul 01.44 WIB, Suaka Rhino Sumatra Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK) mendapt tambahan penghuni baru. Seekor anak badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) yang berjenis kelamin betina lahir dari induk bernama Ratu. Kelahiran ini menjadi kabar gembira bagi para pelestari satwa langka di Indonesia.
Badak Sumatra, atau juga dikenal dengan sebutan Badak Jawa, merupakan salah satu hewan langka yang terancam punah. Populasinya semakin berkurang akibat perburuan ilegal dan hilangnya habitat alaminya. Oleh karena itu, kelahiran anak badak Sumatra ini menjadi momen yang sangat penting dalam upaya pelestarian spesies ini.
Taman Nasional Way Kambas, yang terletak di Provinsi Lampung, merupakan salah satu habitat terakhir bagi badak Sumatra di Indonesia. Upaya konservasi yang dilakukan di taman nasional ini sangatlah penting untuk memastikan keberlanjutan hidup badak Sumatra. Dalam beberapa tahun terakhir, SRS TNWK telah berhasil melahirkan beberapa anak badak Sumatra, termasuk yang terbaru ini.
Baca Juga: Seekor Badak Sumatra Betina Lahir di Taman Nasional Way Kambas
Kelahiran anak badak Sumatra ini menjadi bukti nyata bahwa upaya pelestarian spesies ini tidaklah sia-sia. Para pelestari satwa di SRS TNWK telah bekerja keras untuk menjaga dan melindungi badak Sumatra dari kepunahan. Melalui program konservasi yang komprehensif, mereka memastikan bahwa badak-badak ini mendapatkan perawatan yang baik dan lingkungan yang aman.
Badak Sumatra merupakan salah satu ikon satwa langka Indonesia. Dengan jumlah populasi yang semakin berkurang, upaya pelestarian menjadi semakin penting. Pemerintah Indonesia dan berbagai lembaga konservasi bekerja sama untuk melindungi dan memulihkan populasi badak Sumatra. Kelahiran anak badak ini memberikan harapan baru bagi upaya tersebut.
Baca Juga: Populasi Badak di Indonesia Meningkat
Para pelestari satwa di SRS TNWK berharap bahwa kelahiran anak badak Sumatra ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk lebih peduli terhadap pelestarian alam. Dukungan dari masyarakat sangatlah penting dalam menjaga keberlanjutan hidup badak Sumatra dan spesies langka lainnya. Melalui edukasi dan kesadaran publik, diharapkan perburuan ilegal terhadap badak Sumatra dapat dihentikan dan habitat mereka dapat dipulihkan.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam keterangan resmi, mengatakan Ratu merupakan badak Sumatra betina berumur 23 tahun. Selama menjadi penghuni SRS TNWK, Ratu sudah tiga kali melahirkan. Sebelumnya, Ratu melahirkan Andatu pada 2012 dan Delilah pada 2016.
Ketiga individu badak yang dilahirkan Ratu merupakan hasil perkawinannya dengan badak jantan bernama Andalas, yang berusia 22 tahun. Hingga sekarang, kelahiran anak badak ini merupakan yang keempat di SRS TNWK.
Konservasi
Siti menegaskan hal ini membuktikan komitmen Pemerintah Republik Indonesia dalam melakukan upaya konservasi badak di Indonesia, khususnya badak Sumatra. Kelahiran anak badak Ratu ini menambah jumlah badak yang ada di SRS TNWK menjadi sembilan ekor.
Selain badak Ratu, badak betina lain yang saat ini menempati SRS TNWK adalah Bina, Rosa, Delilah, dan Sedah Mirah. Sementara itu, terdapat tiga ekor badak jantan, yaitu Andalas, Harapan, dan Andatu.
“Dari upaya pengembangbiakan semialami yang dilakukan, saat ini, SRS TNWK telah berhasil menghasilkan empat individu badak Sumatra yang lahir, yaitu Andatu (2012), Delilah (2016), Sedah Mirah (2022), dan anak ketiga dari Ratu-Andalas (2023),” kata Siti.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Satyawan Pudyatmoko menyampaikan SRS TNWK berlokasi di zona khusus Taman Nasional Way Kambas. Saat ini, SRS TNWK adalah satu-satunya tempat pengembangbiakan semi-insitu yang dikelola Balai Taman Nasional Way Kambas bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI).
“Tujuan utamanya yakni menghasilkan anak badak Sumatra untuk mempertahankan keberlangsungan hidup spesies badak sumatera yang kini terancam punah. Anak-anak badak Sumatra hasil program pengembangbiakan di SRS TNWK ke depannya dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya,” katanya.
Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia Jansen Manansang menambahkan tidak hanya melalui upaya reproduksi alami, bantuan teknologi juga sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pengembangbiakan badak sumatera. “SRS TNWK berencana untuk mengintegrasikan metode Assisted Reproductive Technology (ART) atau Teknologi Reproduksi Berbantu untuk pengembangbiakan badak Sumatra,” kata Jansen.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 tahun 2018, badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia. Di dalam IUCN Red List, status konservasi badak Sumatra saat ini adalah critically endangered/CR. Keberadaannya tersebar di hutan-hutan Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan) dan sebagian kecil populasi di Kalimantan Timur.