Waldjinah yakin akan bermunculan generasi penerus musik keroncong di Tanah Air.
CHAIRIL ANWAR
PENYANYI keroncong Waldjinah (72) begitu berharap kepada generasi muda untuk terus menghidupkan musik keroncong. Hal itu mendorongnya untuk mengajarkan ilmu pada generasi muda melalui sekolah keroncong. Sejak tahun lalu, pelantun tembang Walang Kekek itu mendirikan sekolah keroncong di kediamannya di Kota Solo, Jawa Tengah.
“Saya membuat sekolah keroncong di garasi rumah. Muridnya tetangga dan anaknya teman-teman,” kata dia di Jakarta, pekan lalu, seperti dilansir Antara.
Waldjinah bercerita saat ini memiliki 20 murid yang sebagian besar masih remaja. Ada yang masih duduk di bangku SD, ada pula yang sudah SMA. Menurutnya, antusiasme generasi muda terhadap musik keroncong masih tetap ada.
Dia juga optimistis akan bermunculan generasi penerus musik keroncong di Tanah Air. “Masih banyak yang mau nyanyi keroncong,” kata peraih Anugerah Musik Indonesia Award 2017 untuk kategori karya produksi keroncong atau keroncong kontemporer, langgam, atau stambul itu.
Jarang label yang mau menerima musik keroncong.
Namun, Waldjinah mengakui perkembangan musik keroncong saat ini berjalan dengan lambat. Maestro keroncong yang masih bertahan hingga kini itu menyebut ada beberapa hal yang membuat regenerasi musik keroncong seakan jalan di tempat. “Salah satunya, jarang label yang mau menerima musik keroncong,” katanya. Satu-satunya label, lanjutnya, yang mau menerima musik keroncong adalah Gema Nada Pertiwi.
Tekad Waldjinah melestarikan keroncong memang patut diacungi jempol. Bahkan, Direktur Gema Nada Pertiwi (GNP) Djakawinata pun mengamininya. Menurut Djaka, yang menjaga semangatnya untuk terus menghidupkan keroncong melalui label datang dari sejumlah musisi senior seperti Waldjinah, Sundari Soekotjo, Mus Mulyadi, hingga Tuti Maryati.
“Ibu Waldjinah di rumahnya menerima murid latihan anak-anak muda untuk belajar keroncong. Mbak Tuti juga sering mengajak anak-anak muda. Begitu juga Mbak Sundari. Pak Gesang sampai usia tuanya masih terus aktif di keroncong. Perjuangan senior-senior ini luar biasa,” katanya.
Titah Gesang
Djaka mengaku dititipkan oleh Gesang, legenda keroncong Indonesia, untuk melestarikan keroncong. “Keroncong jangan sampai mati,” kalimat itu selalu Gesang ucapkan setiap kali bertemu Djaka. Baginya, ucapan Gesang itu bukan sekadar harapan, tapi juga sebuah titah dari sang maestro.
Tugas Djaka memang tidaklah mudah. Harus diakui, keroncong bukan musik populer di Tanah Air. “Musik yang lahir ratusan tahun silam ini identik dengan orang-orang tua. Ia tak sering dilirik anak-anak muda. Regenerasi musisi keroncong juga tidak melimpah seperti musik lain. Jika meminjam lirik Bengawan Solo milik Gesang, regenerasi di musik keroncong tak mengalir sampai jauh,” kata Djaka. (MTVN/R4)