SEBANYAK 150 restoran tutup karena imbas kebijakan pembatasan penerapan kegiatan masyarakat (PPKM) selama beberapa pekan di DKI Jakarta.
Hal itu disampaikan Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono. Dia mengakui tutupnya restoran tersebut karena belum siap mengantisipasi kebijakan PPKM.
“Kami berharap kebijakan-kebijakan ini sifatnya jangan kejutan-kejutan, dan kami tergagap-gagap untuk merespons. Tiba-tiba muncul istilah lockdown akhir pekan,” ujar Sutrisno, Jumat (5/2) lalu.
Dia menyarankan pemerintah harusnya merangkul pelaku usaha untuk menyosialisasikan kebijakan PPKM. Pasalnya hotel dan restoran menjadi sektor yang paling pertama terdampak dan paling terakhir recovery.
Sutrisno bahkan mengatakan jika rencana diterapkannya lockdown terjadi, kemungkinan restoran yang tutup makin banyak. Bahkan, dia memprediksi akan ada restoran tutup hingga 750 tempat.
“Mungkin lebih banyak, karena restoran tidak melapor mandiri,” ujar Sutrisno.
Sepinya pemasukan selama PPKM tentu menjadi alasan utama. Apalagi, menurutnya, banyak restoran yang gagal mendapatkan pelanggan karena pembatalan mendadak, seperti acara pernikahan maupun pertemuan.
“Kami harus kembalikan seluruh uang muka yang diterima. Ini betul-betul memberatkan kami, situasi terpuruk apalagi kalau hotel-hotel itu check out-nya lebih awal berarti keluar sebelum lockdown,” ujarnya. (MEDCOM/O1)