DIAN WAHYU KUSUMA
SUARA pukulan pot dan klakson mobil bergema di kota terbesar Myanmar, Yangon, dalam protes luas pertama terhadap kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan terpilih, Aung San Suu Kyi pada Selasa (2/2).
Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) menyerukan pembebasan wanita tersebut oleh junta yang merebut kekuasaan pada Senin (1/2) dan menahannya di lokasi yang dirahasiakan. Partai itu juga menuntut pengakuan atas kemenangan Aung San Suu Kyi dalam pemilihan 8 November.
Seorang pejabat senior dari NLD mengatakan dirinya telah mengetahui Aung San Suu Kyi berada di bawah tahanan rumah di ibu kota Naypyidaw. Militer telah menolak untuk menerima kemenangan telak pemilihan NLD, karena dinilai telah terjadi kecurangan.
“Dewan sedang merundingkan kemungkinan pernyataan yang akan mengutuk kudeta, menyerukan militer untuk menghormati supremasi hukum dan hak asasi manusia, dan segera membebaskan mereka yang ditahan secara tidak sah,ā kata para diplomat.
Pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan pengambilalihan itu ditetapkan sebagai kudeta, yang memicu pembatasan bantuan luar negeri. Para diplomat PBB mengatakan mereka prihatin dengan masa depan minoritas Rohingya yang masih di Myanmar serta ratusan ribu pengungsi di negara tetangga Bangladesh.
“Jika kami kembali sekarang, tidak ada keamanan untuk hidup dan harta benda kami. Kami membutuhkan bantuan dari PBB. Kami tidak bisa kembali sendirian,” kata pengungsi Rohingya Absarul Zaman di sebuah kamp di Bangladesh.
Presiden AS Joe Biden Amerika Serikat sedang bekerja dengan sekutu dan mitra untuk menangani pengambilalihan jenderal, di mana mereka menangkap pemimpin terpilih dan peraih Nobel Aung San Suu Kyi serta warga sipil lainnya.
“Tidak ada keraguan bahwa kekuatan demokrasi tidak pernah berusaha mengesampingkan keinginan rakyat atau berusaha untuk menghapus hasil pemilu yang kredibel,” kata Biden.
Ajudan senior lainnya di Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, Win Htein, Jumat (5/2), mengatakan dirinya ditangkap pascakudeta pekan ini.
Win Htein (79), pendukung Suu Kyi sekaligus tahanan politik lama yang puluhan tahun berkampanye untuk menghentikan kekuasaan militer, mengatakan dia dijemput petugas polisi dengan mobil dari Yangon menuju ibu kota Naypyidaw. Ajudan itu tidak menyebutkan tuduhan apa yang ia hadapi.
Aksi di Jakarta
Sementara itu, massa menggelar aksi damai di depan Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta, Jumat (5/2). Mereka mengutuk kudeta militer di negara tersebut beberapa waktu yang lalu.
Selain mengecam kudeta, pengunjuk rasa juga menyerukan agar demokrasi di Myanmar dapat dikembalikan dan diserahkan kembali ke pemerintahan sipil.
Dalam aksi damainya, massa melakukan orasi dan membawa sejumlah poster bertuliskan āWe Stand the People of Myanmarā, āJustice for Myanmarā, āPeace in Myanmarā, dan sebagainya.
Dalam aksinya massa juga melepas burung merpati sebagai simbol perdamaian. (ANT/MI/R4)
dian@lampungpost.co.id