Sayonara Pembayaran Tiket Kapal Manual?

AAN KRIDOLAKSONO MINGGU (19/8/2018). Wajah-wajah lelah ratusan penumpang pejalan kaki menjadi pemandangan jamak di lokasi pembelian tiket kapal feri Pelabuhan Bakauheni siang itu. Keberadaan beberapa unit air conditioner (AC) di berbagai sudut ruangan itu tak membuat suasana jadi menyejukkan lantaran banyaknya orang yang berkerumun di ruangan itu. Tidak hanya harus menunggu lama, para penumpang pun menjadi galau lantaran jadwal keberangkatan mereka pun harus tertunda hingga tiga jam lantaran lamanya proses pembelian tiket. Pelayanan tiket menggunakan uang elektronik yang baru diterapkan ASDP pada Rabu (15/8/2018) dan digadang-gadang akan mempercepat layanan hari itu sudah mengalami masalah. Kondisi itu diperparah dengan jumlah penumpang yang membeludak dari hari biasanya. Libur nasional 17 Agustus dan Hari Raya Iduladha yang berdekatan jelas meningkatkan arus penumpang. Jefri Prasetya, seorang penumpang kapal feri yang hendak menyeberang ke Pelabuhan Merak Banten, mengaku sejak pukul 09.00 WIB masuk ruangan pembelian tiket nontunai. Meski antre berjam-jam, ia mengaku tiket tidak segera mendapat tiket. Layanan ti c keting lambat, sedangkan antrean penumpang pejalan kaki terus bertambah hingga mengular sampai ke luar. “Dari jam 9 pagi antre baru naik kapal jam 12.15 WIB. Tiketnya pun manual bukan nontunai karena perangkat sistem nontunainya masih gangguan,” kata ujar Jefri Prasetya. Hal senada juga diungkapkan Iwan, penumpang lainnya. Ia bersama rekan-rekannya tertahan jadwal keberangkatan menuju Pelabuhan Merak hingga lebih dari tiga jam lamanya. “Kami antre lama sekali Mas lantaran sistem tiket elektronik yang tidak bisa digunakan. Sudah tiga jam ngantre , akhirnya pake tiket manual juga,” ujar Iwan mengeluh. [caption id="attachment_27799" align="aligncenter" width="975"] Antrean di loket tiket Pelabuhan Bakauheni Minggu (19/8/2018) sore belum terurai akibat layanan sistem tiket nontunai mengalami kendala bertepatan dengan melonjaknya jumlah penumpang pada akhir pekan ini. LAMPUNG POST/Aan Kridolaksono.[/caption] Iwan mengaku akibat gangguan pada sistem nontunai ditambah peningkatan jumlah penumpang yang signifikan pada saat akhir long weekend tidak diantisipasi ASDP. Hal itu, menurutnya, terbukti dari terjadinya antrean panjang penumpang yang hendak menyeberang ke Merak, Banten. Hingga petang, antrean penumpang pejalan kaki belum terurai. Tanpa sistem nontunai saja, ujarnya, antrean penumpang selalu mengular saat libur panjang hari-hari besar keagamaan maupun libur sekolah. Seharusnya dengan nontunai hal ini teratasi. Untuk mengetahui penyebab permasalahan yang dikeluhkan penumpang Lampung Post mencoba mengonfirmasi beberapa petugas di lokasi guna memperoleh keterangan. “Sejak pagi tiket elektronik tidak bisa digunakan dan beralih ke tiket manual,” ujar petugas loket pembelian tiket kapal feri di Pelabuhan Bakauheni yang enggan disebutkan namanya. Ia mengakui melonjaknya jumlah penumpang dan berkurangnya jumlah loket tiket tunai menjadi kendala. “Penumpang melonjak. Sedangkan loket manual tadinya delapan saat ini hanya tiga.” *** Suasana hari itu berbanding terbalik kala PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) mulai menerapkan tiket feri dengan sistem pembayaran nontunai ( cashless ) tiga hari lalu. Saat hari pertama peluncuran sistem baru tersebut pengguna jasa penyeberangan pelabuhan Bakauheni—Merak mengaku transaksi dengan uang elektronik pelayanan ASDP lebih cepat dan praktis. “Sangat terbantu, lebih praktis, dan tidak perlu lama mengantre atau menunggu untuk mendapatkan tiket penyeberangan," kata Iwan, pengendara kendaraan pribadi, Jumat (18/8/2018). Warga dari daerah Cilegon Banten itu mengaku penerapan program tersebut tidak membuatnya bingung. Sebab, sebelum masuk loket terdapat beberapa petugas yang mengarahkan pengguna jasa. “Petugas itu langsung menawarkan pembelian tiket menggunakan elektronik. Kami paham karena hampir seluruh ruas tol di Pulau jawa menggunakan sistem nontunai tersebut,” ujar Iwan. Hal senada dikatakan Ali (34), sopir kendaraan pikap rute Lampung—Bandung, Jawa Barat. Menurutnya, tiket nontunai membuatnya lebih mudah, cepat, dan efisian mengisi saldo e - to l l . “Dengan e - to l l milik BRI, saya tidak lagi membeli tiket saat naik kapal feri. Cukup ngisi saldo sekali bisa gunakan di tol dan kapal feri. Enggak repot lagi nyiapin uang pecahan,” ujarnya. Ia mengaku mudah mengisi saldo e - to l l BRI tersebut. Tidak perlu masuk Indomaret maupun Alfamart, ia cukup mengisinya di pedagang kaki lima di sepanjang pintu tol Merak, Cilegon. “ Kalo di Alfa atau Indomaret malah belum tahu. Kalo di pedagang kaki lima yang nyiapin e - to l l berderet di sepanjang pintu masuk tol Merak—Cilegon. Mau yang perdana atau isi ulang ada.” Pemantauan Lampung Post , otoritas pelabuhan mengoperasikan delapan loket penjualan tiket, tiga di antaranya nontunai bagi penumpang pejalan kaki, kendaraan roda dua, dan empat kecil. Menurut pengakuan Saipul, selaku Humas PT ASDP Cabang Bakauheni, tidak ada komplain dari pengguna jasa sejak penerapan pembelian tiket feri menggunakan uang elektronik hingga hari itu. “Para penumpang justru mengapresiasi sistem ini karena mereka merasa lebih mudah, cepat, aman, dan nyaman. Durasi transaksi cashless berkisar 30 detik,” katanya. Selain itu, arus kendaraan dan penumpang feri pada libur panjang Hari Kemerdekaan RI ke-73 juga berjalan normal dan lancar, tanpa ada lonjakan pengguna jasa penyeberangan. *** Sinergi membangun reputasi sektor transportasi pada era digital tidak dapat dielakkan. Beberapa tahun terakhir, teknologi informasi terus berkembang dengan pesat. Menghadapi perubahan tersebut, setiap unit usaha baik swasta maupun milik pemerintah pun harus menyesuaikan perkembangan teknologi. Jika tidak akan tertinggal oleh tuntutan zaman. Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi menyampaikan hal itu saat l a unc h ing tiket feri nontunai di Pelabuhan Merak—Bakauheni Rabu (15/8/2018). “Menerapkan pembayaran nontunai adalah bagian dari modernisasi industri penyeberangan. Terjadi perubahan signifikan pembelian tiket yang sebelumnya manual menjadi digital," kata Ira. Menurutnya, bisnis e-ticket menjadi primadona di bidang pelayanan jasa, Ira memastikan dengan sistem ini manifes dan pencatatan data transaksi keuangan menjadi lebih optimal. Sedangkan bagi pengguna jasa, ujar Ira, metode ini makin memberikan kemudahan dan meningkatkan keamanan dalam bertransaksi dan meminimalisasi peredaran uang palsu. “Dalam melakukan pembayaran, durasi transaksi nontunai ini hanya berkisar antara 30 dan 35 detik, hal ini cukup singkat karena tidak ada pengembalian uang,” ujar Ira. Ia menjelaskan tahap awal sistem pembayaran nontunai ini berlaku bagi penumpang pejalan kaki, kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat kecil (golongan IV). Sistem ini, ujarnya, bekerja sama dengan empat bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), yakni Brizzi (BRI), Tap Cash (BNI), E-Money (Mandiri), dan BLink. “Sistem ini mendukung regulasi Pemerintah melalui Gerakan Nasional Nontunai. Namun memang sejalan dengan program transformasi digital yang tengah dilakukan ASDP,” ungkap Ira. [caption id="attachment_27801" align="aligncenter" width="1024"] Sayonara Pembayaran Tiket Kapal Manual?[/caption] Berdasar pada data produksi penyeberangan ASDP seluruh Indonesia, hingga Juni 2018, tercatat untuk jumlah penumpang pejalan kaki mencapai 3.547.102 orang, roda dua mencapai 2.099.684 unit, dan roda empat mencapai 1.122.688 unit. “Kami menargetkan seluruh pengguna jasa kapal feri akan menerapkan program cashless ini, sehingga dapat menikmati pembayaran tiket dengan lebih mudah, cepat, aman dan nyaman,” ujarnya. Saat ini untuk menuju ekosistem nontunai, PT ASDP merancang melalui tiga fase dengan tiap fase akan diimplementasikan secara bertahap. Fase pertama dimulai 15 Agustus 2018. Fase kedua dimulai Desember 2018, diharapkan sudah bertambah beberapa bank dan dengan dua sistem pembayaran. Fase terakhir Maret 2019 sudah harus ada multibank dan multipembayaran. Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdar) Budi Setiyadi mengapresiasi perubahan sistem pembayaran yang dilakukan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). “Saya mengapresiasi sistem pembayaran nontunai ini. Sistem ini diharapkan dapat membuat kita makin terbiasa dengan transaksi digital,” ujar Dirjen Budi. Penerapan sistem pembayaran nontunai ini sesuai dengan SK Direktur Jenderal Perhubungan Darat No 1272/AP.005/DRJD/2018 tentang Penyelenggaraan Tiket Angkutan Penyeberangan Elektronik. “Dengan sistem nontunai ini kondisi layanan makin baik, manifes menjadi akurat, pelabuhan lebih steril, transparansi transaksi lebih maksimal sekaligus memudahkan pengguna jasa.” Anton, General Manager PT ASDP Cabang Bakauheni, menjelaskan sosialisasi pembayaran menggunakan uang elektronik akan dilaksanakan selama dua bulan ke depan. ASDP menargetkan Desember 2018 sistem nontunai bisa diterapkan untuk semua kendaraan. “Tujuan kami untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jasa,” kata Anton. Anton mengakui menemukan sejumlah kendala dalam penerapan kartu elektronik untuk penumpang jalan kaki. Menurut dia, hal ini karena penumpang masih belum terbiasa. “Ada juga yang tidak mau menggunakan kartu elektronik. Mereka beralasan belum tentu setahun sekali naik kapal. Atas dasar itu kami juga melayani pembelian tiket menggunakan uang tunai,” ujarnya. (L1)

Sayonara Pembayaran Tiket Kapal Manual?

Antrean penumpang selalu mengular saat libur panjang hari hari besar keagamaan maupun libur sekolah.

Defia Rosmaniar Berikan Emas Perdana untuk Indonesia

Tiga Gempa Susulan Terjadi di Lombok Timur

Related Posts

Hilangnya Sabuk Hijau Pesisir Kota

Potret Darurat Sanitasi di Teluk Lampung

Tak Menyerah Melawan Rubella

Tiga Gempa Susulan Terjadi di Lombok Timur

Tentang Kami

Alamat

Iklan dan Sirkulasi

PERWAKILAN JAKARTA