• LAMPOST.CO
  • METROTV LAMPUNG
  • DESA MEMBANGUN
Rabu, Januari 20, 2021
  • Login
Berlangganan
  • HOME
  • KEBIASAAN BARU
    • VIDEO KEBIASAAN BARU
  • E-PAPER
  • KORAN DIGITAL
    • HEADLINE 1
    • EKONOMI
      • EKONOMI
      • BISNIS
    • JIRAN
      • LINTAS SUMBAGSEL
    • ADVETORIAL
    • KOTA
      • LAMPUNG
      • BANDAR LAMPUNG
    • PEMILUKADA 2020
      • LAMPUNG MEMILIH
      • RUMAH DEMOKRASI
    • BERITA UTAMA
      • NASIONAL
      • MANCANEGARA
    • RAGAM
    • HUMANIORA
    • OLAHRAGA
      • SEPAK BOLA
    • FEATURE
    • KARIKATUR
    • OASIS
    • SIAPA MENGAPA
    • WAT WAT GAWOH
    • HEADLINE
    • INSPIRASI
    • DI BALIK REPORTASE
    • LAMPUNG POST FILES
  • RUWA JURAI
    • PESAWARAN
    • PRINGSEWU
    • TANGGAMUS
    • LAMPUNG TENGAH
    • METRO
    • LAMPUNG SELATAN
    • LAMPUNG TIMUR
    • LAMPUNG UTARA
    • WAY KANAN
    • TULANGBAWANG
    • TULANGBAWANG BARAT
    • MESUJI
    • LAMPUNG BARAT
    • PESISIR BARAT
  • KOLOM
    • KOLOM PAKAR
    • OPINI
    • TAJUK
    • REFLEKSI
    • BURAS
    • NUANSA
    • SETITIK AIR
    • LARAS BAHASA
    • APRESIASI
  • WEEKEND
    • SOROT
    • KOMUNITAS
    • DESTINASI
    • LENTERA
    • #BEKREATIF
    • MUDA
    • CERITA ANAK
    • REPORTER CILIK
    • APRESIASI
    • LAMPUNG TUMBAI
    • CERPEN
    • SAJAK
    • RESENSI
    • KULINER
    • PENTAS
    • DESAIN
    • FASHION
    • KESEHATAN
  • FOTOGRAFI
    • FOTO UDARA
    • ESAI FOTO
    • FOTO LEPAS
  • INFOGRAFIK
  • INDEKS
No Result
View All Result
  • HOME
  • KEBIASAAN BARU
    • VIDEO KEBIASAAN BARU
  • E-PAPER
  • KORAN DIGITAL
    • HEADLINE 1
    • EKONOMI
      • EKONOMI
      • BISNIS
    • JIRAN
      • LINTAS SUMBAGSEL
    • ADVETORIAL
    • KOTA
      • LAMPUNG
      • BANDAR LAMPUNG
    • PEMILUKADA 2020
      • LAMPUNG MEMILIH
      • RUMAH DEMOKRASI
    • BERITA UTAMA
      • NASIONAL
      • MANCANEGARA
    • RAGAM
    • HUMANIORA
    • OLAHRAGA
      • SEPAK BOLA
    • FEATURE
    • KARIKATUR
    • OASIS
    • SIAPA MENGAPA
    • WAT WAT GAWOH
    • HEADLINE
    • INSPIRASI
    • DI BALIK REPORTASE
    • LAMPUNG POST FILES
  • RUWA JURAI
    • PESAWARAN
    • PRINGSEWU
    • TANGGAMUS
    • LAMPUNG TENGAH
    • METRO
    • LAMPUNG SELATAN
    • LAMPUNG TIMUR
    • LAMPUNG UTARA
    • WAY KANAN
    • TULANGBAWANG
    • TULANGBAWANG BARAT
    • MESUJI
    • LAMPUNG BARAT
    • PESISIR BARAT
  • KOLOM
    • KOLOM PAKAR
    • OPINI
    • TAJUK
    • REFLEKSI
    • BURAS
    • NUANSA
    • SETITIK AIR
    • LARAS BAHASA
    • APRESIASI
  • WEEKEND
    • SOROT
    • KOMUNITAS
    • DESTINASI
    • LENTERA
    • #BEKREATIF
    • MUDA
    • CERITA ANAK
    • REPORTER CILIK
    • APRESIASI
    • LAMPUNG TUMBAI
    • CERPEN
    • SAJAK
    • RESENSI
    • KULINER
    • PENTAS
    • DESAIN
    • FASHION
    • KESEHATAN
  • FOTOGRAFI
    • FOTO UDARA
    • ESAI FOTO
    • FOTO LEPAS
  • INFOGRAFIK
  • INDEKS
No Result
View All Result
Home Headline

Hasrat untuk Kuasa Vs Will to Truth

Dian Wahyu Kusuma by Dian Wahyu Kusuma
11 September 2020
in Headline, Kolom, Opini
bahasa kekuasaan

INT

Share on FacebookShare on Twitter

Mudji Sutrisno SJ
Guru Besar STF Driyarkara, Dosen Pascasarjana UI, Budayawan

DALAM tulisan saya di Media Indonesia, berjudul Kuasa, Wewenang, saya menyoroti soal sulitnya meminta pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan wewenang karena pemegangnya ‘hanya mau bertanggung jawab ke asal atau akar sumber kuasa itu’. Ada tanggapan kritis yang mengusik saya untuk menulis ini, lantaran si pembaca mampu menyimpulkan secara dikotomis (baca: logika biner = memperlawankan 2 kubu untuk memperjelas posisi akal sehat antarposisi di sini versus di sana), yaitu berhadap-hadapannya soal ‘nilai versus kepentingan’.

Saya hormati tanggapan itu karena ia memakai pijakan ‘akal sehat’ dalam menggarap persoalan dalam diskusi pendapat. Memang dalam penelitian antropologi budaya Clifford Geertz (yang kencang meneliti budaya Indonesia bersama istrinya (dahulu) Hildred Geertz, yang saling melengkapi antara ekonomi pertanian dan kebudayaan). Si antropolog ini induktif (dari ‘bawah’, dengan mengalami sendiri) mengklasifi kasi akal sehat pada tataran paling elementer, saat orang mencandra dan menghayati kehidupannya dalam konsepsi pandangan jagad/dunia yang ia alami. Lalu, ia usahakan dengan budinya untuk ia ‘mengerti’, pahami, lalu ia rumuskan dalam common sense.

BACA JUGA

Sembilan Polisi Pakai Narkoba Dipecat

Leo/Daniel Maju ke Babak Kedua Thailand Open II

Kemudian berturut turut, ketika akal sehat (akal budi) belajar dan bergaul dengan pendidikan kognitif, lalu masuklah tahapan ilmu pengetahuan. Namun, dideskripsi pula truth untuk nonkognitif, yaitu pengetahuan dari 5 indra, istilah Baumgarten adalan sensual cognition, yang adalah estetika. Sesudah estetika, lalu dicatat Geertz, yaitu agama sebagai pemahaman yang sumber truth (kebenarannya) dari wahyu Allah, yang dipercayai sebagai ultimate reality, jadi dipercayai sebagai kebenaran sejati dengan dan karena keyakinan atau belief. Kita akan fokus ke common sense; akal sehat untuk menajamkan soal nilai berhadapan dengan kepentingan.

Dunia modern tidak memercayai tujuan/maksud (purpose), tetapi hanya percaya cause, maka motonya adalah itu terjadi tanpa terikat apa pun. Makna di mana tempatnya? Dunia modern menawari, bahkan menjerat sudah secara praktik hidupnya, untuk mencapai dan menghasilkan terus menerus ‘kuasa’ di dalam jagat (semesta), yang hampa makna; devoid of meaning, lebih tandas mengosongkan makna. Lihat budayanya (science) yang paling berkuasa dalam sejarah untuk terus meneliti, menemukan yang baru dan bertumbuh.

Hasil langsung modernitas adalah kuasa, yang dikobarkan terus oleh aliansi perkembangan dan kemajuan ilmu dan pertumbuhan ekonomi. Modernitas dibangun di atas kepercayaan kuat bahwa pertumbuhan ekonomi adalah mendasar sekali (absolutely essential). Mengapa perkembangan seperti ini? Noah menegaskan (dalam dikotomi logika biner) antara science (ilmu pengetahuan) dan religion (agama) (p.189 ibid. “Homo Deus”). Ilmu pengetahuan mempelajari fakta-fakta, sedangkan agama bicara atau membahas nilai-nilai. Ilmu pengetahuan harus ‘tutup mulut’ (ekstremnya), mengenai keyakinan dan kepercayaan religius. Demikian pula agama, tidak punya otoritas kata untuk membahas fakta-fakta ilmiah.

Sejarah menunjukkan fenomena proses sekularisasi agama. Sekularisasi adalah proses perubahan masyarakat dari pembentukan identitasnya (konstruksi bangunannya) berpijak dan mengacu pada nilai dan ‘institusi’agama, berubah acuannya ke nilai-nilai saeculum dunia, secular = duniawi! Ranah/ wilayah yang semula dikonstruksi di bawah hukum-hukum dan ajaran agama mengalami proses perubahan karena science, perkembangan ilmu pen g e t a h u a n menuju ke wilayah-wilayah duniawi dengan hukum dan tata sekuler.

Homo Deusnya Noah Harari, sebenarnya saya pikir, menegaskan habis mengeringnya makna dan yang tinggal hanyalah nilai ekonomis, kapital sebagai acuan yang dihidupi orang-orang modernitas ini, meneruskan ‘babagan’ perkembangan peradaban dari berpusat pada Tuhan: teosentris seperti abad tengah, yakni kuasa Tuhan menentukan semua, lalu dengan renaissance dan will to truth.

Pencarian kebenaran fakta ilmu pengetahuan dan menaruh manusia si pelaku, aktor semesta ini, maka masuklah tahapan anthroposentris.

Dewasa ini, saat ini (sebelum covid- 19) bergeloralah semangat meyakini ‘humanisme’, yang menegaskan manusialah dengan kehendak bebasnya dan akal budi sehatnya merupakan otoritas tertinggi dari semuanya. Kita menaruh acuan dan mempercayakan hidup pada rasa perasa atau feeling dan hasrat kita.

Saya kagum saat sampai titik penting ini pada Bung Hatta. Di saat negeri derita dan aniaya terhadap hasrat untuk survival di pembuangan Digul, sedih menangis menyaksikan teman-temannya satu persatu meninggal karena frustrasi kehilangan hasrat hidup. Juga tidak mampu menggunakan anugerah berharga Tuhan, yaitu akal budi, akal sehatnya untuk mengontrol, menguasai, bahkan menjadi nakhoda buat hasrat hidup ini.

Sigmund Freud dengan jasa pokoknya melalui psikoanalisis; analisis bagian psiko manusia melalui induksi praktik membereskan hasrat-hasrat yang direpresi dan trauma alam bawah sadar untuk dibawa ke kesadaran, dimaklumi akal sehat dan penerimaan diri, memberikan pada kita sumber hasrat ini ada di ID. Dengan itu, psikoanalisis Freud berjasa untuk mengenali apa itu hasrat, yang bila muncul akan berhadapan dalam diri manusia dengan ego: inilah penentu rasional subjek manusia apakah ID (baca: hasrat insting), yang muncul akan dituruti atau tidak. Hasrat ini naluri yang bergelora begitu saja dan saat muncul, ego rasional penentunya melihat sikon atau realitas yang ada, diiyakan atau disublimasikan, ditunda karena tak bisa dipenuhi.

Hasrat itu tidak buruk atau baik, ia sumber yang membuat manusia hidup, gelegak daya hidup, kata Nietzsche. Namun, manusia diberi kemampuan dengan akal sehatnya untuk menguasainya demi kepentingan- kepentingan apa? Inilah tugas akhir tulisan ini, soal kepentingan atau interes. J Habermas, fi lsuf yuritis dari teori kritis sekolah Frankfurt menjabar ada kepentingan naluriah dalam ranah serupa hasrat, yaitu cognitive interest; ingin tahu, ingin belajar paham dan mengetahui.

Hasrat untuk kuasa berhadapan dengan will to truth dalam sejarah Republik Indonesia ini, sudah diwariskan ke kita oleh pendiri bangsa dengan akal sehat yang dahsyat dalam wujud sistem masyarakat demokratis yang diberi rambu dasar konstitusi UUD 1945. Dengan nilai-nilai 5 sila sebagai visi bermasyarakat dan bernegara ditulis jelas-jelas di alinea ke-4 UUD 1945.

Mengapa dipilih demokrasi untuk kita? Akal sehat cerdas para pendiri bangsa, paham dan kenal sekali bahwa kita ini bangsa yang majemuk, ragam local wisdom dan identitasnya, bayangkan bila tiap-tiap hasrat untuk kuasanya liar, mau dipenuhi masingmasing, apa jadinya? Demokrasi adalah sistem politik yang paling mengakomodasi kemajemukan Nusantara menjadi Indonesia. (MI)

Tags: kuasawill to truth
Dian Wahyu Kusuma

Dian Wahyu Kusuma

Next Post
ilustrasi/mediaindonesia.com

Peran Pers Harus Bantu Atasi Dampak Pandemi

Negara G20 Belum Sepakati Perpajakan Internasional

Defisit Anggaran dan Utang Pemerintah 2021 Membengkak

Pelaku Pasar Antisipasi Resesi

Tekanan akibat Rem Darurat Bersifat Sementara

Industri Manufaktur Diminta Tetap Tancap Gas

Industri Manufaktur Diminta Tetap Tancap Gas

Auto2000 Bawa Tiga Produk Baru

Auto2000 Bawa Tiga Produk Baru

Please login to join discussion

Pembayaran Menggunakan QRIS

TOP NEWS

Suka Duka Pelantikan Biden Sebagai Presiden AS

Aktivitas Menimbulkan Kerumunan Dihentikan

Belalau Dominasi Kasus Covid-19 Lambar

Selisik Kasus Lobster di Kaur Bengkulu

Setop Izin Kerumunan

Rupa-Rupa Warna Aglonema yang Memesona Indera Penglihatan

Seluruh Wilayah Lampung Rawan Bencana Hidrometeorologi

Walhi Surati Dinas Tolak Izin Peil Banjir

Lampung Tidak Terapkan Lockdown

Lampung Rawan Bencana Hidrometeorologi

POPULAR POST

  • E-Paper Lampung Post, Edisi Rabu, 13 Januari 2021

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • E-Paper Lampung Post, Jumat, 15 Januari 2021

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • E-Paper Lampung Post, Kamis, 14 Januari 2021

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • E-Paper Lampung Post, Senin, 18 Januari 2021

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • E-Paper Lampung Post, Selasa, 19 Januari 2021

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Facebook Twitter Youtube RSS

Tentang Kami

 

LampungpostID adalah laman berita resmi Harian Umum Lampung Post. Laman ini berada dalam naungan PT Masa Kini Mandiri, penerbit Koran Lampung Post yang menyajikan informasi berkualitas untuk melengkapi kehadiran koran edisi cetak di masyarakat.

Alamat Kami

Jalan Soekarno Hatta No. 108 Rajabasa, Bandar Lampung, Lampung – Indonesia

Phone : (0721) 783-693
Fax : (0721) 783-578
Email : redaksi@lampungpost.co.id

Redaksi
Tentang Kami

Iklan & Sirkulasi

Dat Suranta Ginting : 0818-0684-8900
Indra Sutaryoto : 0813-7976-8307
Oki Haray : 0812-7200-461

Perwakilan Jakarta

Ilham P Wibowo : 081293251116

LampungpostID © 2019

No Result
View All Result
  • Masuk
    • LOGIN
    • Kelola Akun
    • Keranjang Saya
  • Berlangganan
    • Digital Platinum
    • Digital Premium
    • Digital Basic
    • Daftar Bebas Akses
    • Promo
  • Kebiasaan Baru
    • Video Kebiasaan Baru
  • Bebas Akses
    • Lifestyle
    • Mancanegara
    • Nasional
    • Populer
  • E–Paper
  • Koran Digital
    • Headline 1
    • Headline
    • Ekonomi
      • Ekbis
    • Kota
      • Bandar Lampung
      • Lampung
    • Berita Utama
    • Jiran
      • Lintas Sumbagsel
    • Politik
      • Rumah Demokrasi
    • Ragam
    • Humaniora
      • Humaniora
      • Gemas
    • Olahraga
      • Sepak Bola
    • Oasis
    • Wat-Wat Gawoh
    • Siapa Mengapa
    • Karikatur
    • MELAWAN LUPA
    • Di Balik Reportase
    • Feature
    • Inspirasi
  • Ruwa Jurai
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
    • Way Kanan
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Metro
    • Lampung Timur
  • Kolom
    • Tajuk
    • Kolom Pakar
    • Opini
    • Refleksi
    • Buras
    • Apresiasi
    • Laras Bahasa
    • Nuansa
    • Setitik Air
  • Weekend
    • Sorot
    • Komunitas
    • #BeKreatif
    • Lentera
    • Muda
    • Pentas
    • Reporter Cilik
    • Lampung Tumbai
    • Resensi
    • Cerita Anak
    • Cerpen
    • Desain
    • Destinasi
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kuliner
  • Fotografi
    • Esai Foto
    • Foto Lepas
    • Foto Udara
  • Infografik
  • Indeks
  • Konfirmasi Pembayaran

LampungpostID © 2019

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In