Kucing-kucingan dengan Sang Pembalap Liar
SEJUMLAH remaja dengan motornya berbaris di jalan aspal yang lebarnya sekitar 4 meter. Sambil menggeber gas, mereka menatap ke depan bersiap adu kecepatan.
Berbagai jenis dan merek kuda besi yang mereka pakai. Kendaraan mereka suaranya bising karena knalpotnya sudah dimodifikasi. Melengking, sakit rasanya di telinga ketika bocah-bocah itu membetot gas. Bak balapan sungguhan, cukup banyak remaja yang menonton aksi rider gadungan itu.
Sore itu, Jumat (12/2), sekitar pukul 16.30, aspal mulus sepanjang 500 meter jadi arena balapan liar oleh puluhan remaja. Dua pekan belakangan, jalan yang menghubungkan Desa Sabahbalau dengan Bandar Lampung, tepat di depan kebun PKK Agropark, Desa Sabahbalau, Kecamatan Tanjungbintang, Lampung Selatan, mendadak ramai tiap akhir pekan.
Pengguna jalan yang melintas mau tidak mau harus mengalah saat jalan umum itu dijadikan arena balapan. Warga yang sedang melintas terpaksa menepi dan tidak jarang turun ke tanah saat berpapasan dengan para remaja yang sedang balapan.
Ulah para remaja itu sungguh meresahkan hingga beberapa kali petugas perlindungan masyarakat (linmas) desa setempat membubarkan balapan itu. Para remaja itu memang pergi, tapi setelah petugas pergi juga, mereka kembali lagi, dan kucing-kucingan itu terus terjadi.
Hari berikutnya Kades Sabahbalau Pujianto harus turun ke lokasi untuk membubarkan balap liar itu. Seperti sebelumnya, saat ada yang menegur, mereka kabur. Namun, beberapa saat kemudian gerombolan remaja itu kembali datang ke lokasi untuk balapan.
Karena kewalahan dengan ulah remaja nakal itu, kepala desa meminta bantuan polisi. Saat petugas datang, puluhan remaja itu kembali membubarkan diri.
Kades Sabahbalau Pujianto meminta warga sekitar berperan aktif melaporkan balapan liar itu ke aparat. “Ini kan pas di depan pintu masuk Agropark, jangan diam saja beri tahu pihak desa atau aparat keamanan,” kata Pujianto, yang juga kepala paguyuban kepala desa se-Tanjungbintang.
Komandan Linmas Sabahbalau Heri Santoso beserta anggotanya juga membubarkan aksi balap liar ini. Namun, ketika dilakukan penyisiran, pembalap liar berasal dari luar Desa Sabahbalau. “Semuanya berasal dari luar, yang tertangkap kami data dan berikan arahan agar tidak melakukan aksi lagi,” ujarnya.
Deli (16), salah satu penonton balapan, menjelaskan aksi itu sudah berjalan sekitar dua minggu dan dilakukan setiap sore hari. “Sabtu dan Minggu rame banget, kalau saya cuma nonton Mas. Itu yang pada geber-geber sudah sering jatuh tapi enggak pada kapok,” kata dia.
Kapolsek Tanjungbintang AKP Talen Hafis dihubungi Lampung Post mengatakan sedang berkoordinasi dengan pihak Desa Sabahbalau. “Masih dikoordinasikan Mas,” ujarnya. (D3) SUKISNO