ATIKA OKTARIA
PEMERINTAH terus mendorong usaha mikro kecil menengah (UMKM) segabai tulang punggung perekonomian agar bangkit dari keterpukan akibat pandemi Covid-19. Hasil survey yang dilakukan
Badan Program Pembangunan PBB atau UNDP Indonesia, terungkap bahwa para pelaku UMKM mengaku tidak bisa bertahan lebih dari 10 bulan akibat pandemi covid-19. 90% pelaku UMKM mengalami penurunan permintaan atas produk mereka selama pandemi.
Berbagai upaya terus dilakukan,salah satunya melalui bantuan pembiayaan.
Pimpinan Cabang Bank BRI Bandar Lampung S.M. Linton Hutapea mengatakan jika Bank BRI berupaya mendorong pemulihan ekonomi melalui penyelamatan dan recovery UMKM akibat pandemi Covid-19. Hal ini mengingat 99,99% entitas bisnis di Indonesia berada pada segmen UMKM. Sektor UMKM memberi andil signifikan karena menyerap 97% tenaga kerja atau 116,97 juta orang.
“Krisis ini membuat inovasi kita (BRI) makin cepat.”
“UMKM sekarang itu slow down dan ada yang shut down, karena interaksi masyarakat berkurang. Sehingga aktivitas ekonomi berkurang dan semua menjadi menurun, daya beli menurun, kembali ke konsumsi dasar. BRI mengambil langkah dengan mendorong lewat jalur pangan,” ujar Linton kepada Lampung Post, Jumat (22/1).
Kemudian, restrukturisasi kredit merupakan penyelamatan UMKM yang terdampak pandemi. Tercatat
sejak 16 Maret 2020, BRI telah merestrukturisasi kredit pelaku usaha yang terdampak pandemi Covid-19 sebanyak 2,88 juta debitur dengan total kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp177,304 triliun.
“Perseroan berupaya untuk me-leverage dana yang ditempatkan pemerintah tersebut minimal tiga kali lipat dalam bentuk ekspansi kredit selama tiga bulan. Hal itu untuk menggerakkan sektor riil dan mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional,” katanya.
BRI juga gencar menyalurkan stimulus tambahan subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahap pertama yang telah diterima dari pemerintah. Penyaluran subsidi tambahan KUR diberikan kepada lebih dari 211.477 debitur KUR dengan total nilai Rp12,97 miliar.
“Krisis ini membuat inovasi kita (BRI) makin cepat. Kami buat eksosistem pasar, ekosistem digital, ekosistem desa. Kami membuat web pasar yang mendukung barang-barang dari desa mengalir ke pasar lalu orang berbelanja secara online. Pedagang diajari menggunakan aplikasi, belanja diantar oleh kurir, kurir diajarkan untuk menerima transaksi, mendigitalkan pasar tradisonal,” tuturnya.
Sejalan dengan hal itu, Bank Indonesia (BI) terus berikan strategi agar UMKM terhindar dari keterpurukan. Salah satunya membuat UMKM agar dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan pengelolaan atau manajemen usaha. Sebagaimana layaknya korporasi usaha besar atau korporat, sehingga memiliki daya saing yang lebih kuat.
Kepala BI Perwakilan provinsi Lampung Budiharto Setyawan mengatakan dalam konteks UMKM, secara formal bentuknya bisa dalam bentuk perkumpulan, gapoktan, atau koperasi.
“Selain korporatisasi usaha, BI juga melakukan upaya peningkatan kapasitas usaha agar usaha mikro dan kecil dapat naik kelas dari UMKM potensial, menjadi UMKM sukses, selanjutnya UMKM go digital dan terakhir UMKM go ekspor,” ujar Budiharto.
Peningkatan kapasitas usaha juga dilakukan dari hulu ke hilir
didalamnya mencakup penguatan kapasitas UMKM. Diantaranya
Sumber daya manusia (kewirausahaan, ketrampilan dan keahlian, manajemen usaha).
“Peningkatan kapasitas ke tiga bidang tersebut dilakukan melalui pemberian bantuan teknis berupa pelatihan secara offline dan online. Serta dukungan sarana dan fasilitasi prasarana secara terbatas sesuai kebutuhan dan program,”imbuhnya.
Secara umum, strategi pengembangan UMKM dilakukan oleh BI melalui pemberian bantuan teknis secara sendiri atau bekerjasama dengan stakeholder terkait diantaranya dengan OJK dan/atau pemerintah daerah dalam bentuk fasilitasi koordinasi atau pertemuan.
” Kemudian BI juga fasilitasi UMKM untuk mengenal dan memanfaatkan teknologi dan platform digital dalam kegiatan usahanya. Menfasilitasi studi banding dalam rangka peningkatan wawasan dan motivasi,” tandasnya. (E1)
atika@lampungpost.co.id