INDONESIA bersiap menghadapi resesi ekonomi ketika produk domestik bruto menurun atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Namun demikian, Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim mengajak semua pihak tetap optimistis menyikapi hal tersebut. Pemprov Lampung bersiap menghadapi resesi dengan terus memacu pertumbuhan ekonomi. Apalagi Provinsi Lampung memiliki komoditas unggulan di bidang pertanian. Ia juga meminta jajaran organisasi perangkat daerah (OPD) untuk terus melakukan terobosan dan ide-ide untuk ekspansi pemasaran produk unggul.
“Kita enggak menampik bahwa ada efek ketika beberapa wilayah PSBB yang langsung mengefek kepada kita. Semua harus optimistis meski resesi di depan mata. Yang terpenting dan paling utama adalah pangan kita cukup, kemudian insya Allah harga fluktuatif dan tetap bisa diserap pasar,” kata wanita yang akrab disapa Nunik itu di kantor Gubernur Lampung, Kamis (1/10).
Oleh sebab itu, dia juga mengundang rapat dengan Forum CSR untuk membahas mengenai langkah-langkah kolaboratif ke depan. Pemerintah juga memiliki program-program unggulan yang ingin dikolaborasikan. Program yang sudah ada kemarin bersama Forum CSR akan dilanjutkan terus dan tidak ada yang diberhentikan. “Ada program-program prioritas seperti Program Kartu Petani Berjaya, Smart Village, Pasar Berjaya, Wisata, BUMDes, dan sebagainya kita dorong maju. Diharapkan dukungan dari CSR ke arah tersebut,” ujar dia.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat pada September 2020, Indeks Harga Konsumen Lampung mengalami penurunan dari 105,55 pada Agustus 2020 menjadi 105,32 pada September 2020, dengan demikian terjadi deflasi 0,22%.
Sedangkan nilai ekspor Provinsi Lampung pada Agustus 2020 mencapai 207,37 juta dolar. Angka ini mengalami penurunan 69,48 juta dolar atau turun 25,1% dibanding ekspor Juli 2020 yang tercatat sebesar 276,85 juta dolar. BPS juga mencatat nilai impor Provinsi Lampung pada Agustus 2020 mencapai 81,52 juta dolar AS atau turun 27,35 juta dolar AS (25,12%) dibanding dengan Juli 2020 yang tercatat 108,87 juta dolar AS.
Kepala BPS Provinsi Lampung, Faizal Anwar mengatakan dengan terjadinya deflasi (-0,22) menunjukkan daya beli masyarakat masih rendah dan kemungkinan besar terdampak kondisi pandemi Covid-19 saat ini. “Namun BPS tidak bisa memprediksi pertumbuhan ekonomi. Tapi dengan melihat beberapa indikator makro walaupun mulai sedikit bergerak naik dari bulan ke bulan dan jika dibandingkan tahun 2019 sepertinya masih sangat berat,” kata dia.
Adapaun yang saat ini dapat diandalkan Provinsi Lampung adalah sektor pertanian. “Nanti kita lihat, apakah ada peningkatan di sektor ini,” ujar dia. (TRI/CR2/K1)