PASIEN positif Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh rupanya tidak bisa langsung terlepas begitu saja dari virus. Sebagian mereka biasanya mengalami long Covid. Banyak sekali pasien long Covid, sehingga masih memiliki permasalahan berkaitan dengan corona ini dan mengganggu kondisi tubuh.
“Rata-rata long Covid ini terjadi lebih dari tiga minggu, bahkan berbulan-bulan setelah pasien Covid-19 dinyatakan positif,” kata dr Twindy dalam diskusi yang disiarkan langsung di Instagram Bazaar Indonesia, Kamis (21/1).
Ia mengatakan long Covid bisa terjadi lantaran virus corona ini menyerang saluran pernapasan seperti paru-paru. Paru-paru yang terinfeksi bisa saja rusak dan belum pulih secara sempurna sehingga gejala atau sakit masih dirasakan meski sudah dinyatakan negatif.
“Bisa jadi organ paru-parunya rusak. Ini bisa kembali ke awal, tapi butuh recovery beberapa waktu. Mungkin bentuknya tidak sempurna, tapi fungsi paru-aprunya masih bisa menyokong pasien,” kata Twindy yang juga penyintas Covid-19.
Hal ini juga terjadi tergantung kondisi yang dialami pasien. Seberapa berat pasien saat kena Covid-19. Pasien mengalami kritis sampai menggunakan ventilator, biasanya sudah mengalami kerusakan organ cukup luas. Pada kondisi ini, long Covid yang muncul bisa lebih lama, bahkan menetap.
Sebagai penyintas, Twindy juga menceritakan kisahnya ketika menjalani sebagai pasien Covid-19 di awal pandemi ini berlaku, yakni April 2020. Sesak napas, sakit kepala, hingga hilangnya indra penciuman dan pengecap menjadi gejala yang dialami saat itu.
“Tidak ada batuk, pilek atau demam. Jadi pada seseorang gejalanya akan beda dan tak semua gejala akan muncul,” ujarnya. Ia dirawat di rumah sakit selama dua pekan dan lanjut isolasi mandiri dua pekan lagi.
Karena berprofesi sebagai dokter dan berada di garda terdepan, Twindy sadar risiko tertular lebih besar. Untuk mencegah risiko penularan kepada orang terdekatnya seperti keluarga, sebelumnya ia telah melakukan mitigasi lebih dahulu. Ia lebih banyak membaca jurnal-jurnal dan juga menerapkan protokol kesehatan.
“Tanggung jawab menjalankan protokol kesehatan ada di diri kita sendiri dan jangan lupa untuk terus update ilmu agar bisa tahu apa yang harus dilakukan,” katanya. (MI/S1)