Sri Agustina
Wartawan Lampung Post
SEJAK akhir pekan kemarin di Bandar Lampung diterapkan jam malam buat menekan angka covid-19. Jam malam ini diberlakukan untuk operasional pasar atau toko modern dan kafe atau rumah makan siap saji yang disinyalir banyak terjadi kerumunan orang. Pembatasan operasionalnya sampai pukul 19.00 dan 22.00 untuk kafe dan sejenisnya.
Tadinya, saya berpikir jam malam itu seram, di mana tidak ada lagi orang berkeliaran di luar rumah dan dijaga ketat oleh tentara/polisi bersenjata yang patroli di setiap sudut. Ah, ternyata saya kebanyak menonton film dan tayangan televisi yang memberitakan jam malam di negara yang sedang kisruh atau berkonflik. Jam malam yang diterapkan di sini tidaklah seseram perkiraan saya.
Hari pertama pemberlakuan jam malam di Kota Tapis pada Kamis (28/1) malam, kebetulan saya pulang ke rumah agak larut hingga bisa sekalian melihat situasi jalan protokol yang biasanya masih ramai. Ternyata memang lebih sepi dari biasanya sebelum adanya jam malam.
Tidak ada lagi minimarket yang buka. Padahal, biasanya 24 jam. Tidak ada lagi kafe tenda atau warung makan kaki lima yang biasanya masih ramai. Hanya beberapa yang tampak masih berjualan, seperti gerobak nasi goreng. Sementara di jalan-jalan tampak masih agakĀ ramai lalu lalang kendaraan bermotor. Namun, hitungannya tetap sepi.
Restoran siap saji di kawasan Kedaton yang biasanya 24 jam dan ramai orang yang menongkrong pun tampak tutup dan gelap. Hanya Pizza Hut yang masih buka dan itu pun buat drive thru, tidak makan di tempat. Begitu juga di Lungsir yang kerap ramai warga yang menongkrong di kafe kaki lima hingga dini hari, saat itu bersih dan senyap.
Saya berpikir hari pertama jam malam cukup tertib dan berhasil diterapkan. Agaknya upaya untuk menekan angka covid-19 di Kota Tapis yang berzona merah ini bisa terus dilanjutkan, tentu saja dengan kebiasaan warganya yang harus sadar untuk mengedepankan protokol kesehatan (menggunakan masker, menjaga jarak, dan kerap cuci tangan dengan sabun di air mengalir).
Memang sih, pasti ada yang berdampak dari penerapan ini, seperti usahanya menjadi tidak maksimal karena jam operasional dipangkas. Namun, baiknya kita lakukan uji coba untuk dua pekan pertama kemudian dievaluasi lagi. Kelemahan diperbaiki dan hal yang baik dilanjutkan.
Jika Covid-19 sudah mampu dikendalikan, tentu saja kita bisa kembali beraktivitas dalam keadaan normal baru yang tetap menjaga protokol kesehatan dan imunitas tubuh. Semua berharap pandemi ini segera berakhir dan kita tetap belajar dari kondisi ini untuk kehidupan kita ke depannya.