MEMASUKI bulan kedua 2021, lengkap sudah bencana hidrometeorologi menghantam Provinsi Lampung. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memang sudah menyampaikan peringatan akan datangnya berbagai jenis bencana tersebut.
Curah hujan tinggi memicu longsor di sejumlah daerah, termasuk longsor di kompleks perumahan Citraland, Kelurahan Sumurputri, Kecamatan Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, dua pekan lalu. Akibat kejadian tersebut dua rumah yang sedang dibangun ambles.
Tingginya curah hujan juga menimbulkan banjir. Di Lampung Selatan, banjir merendam ribuan hektare sawah. Banjir ini makin menyulitkan petani di tengah maraknya serbuan hama tikus yang mengganas.
Teranyar, dua hari lalu angin kencang menerjang empat daerah di Lampung. Di Bandar Lampung, angin kencang menumbangkan pohon perindang jalan dan menimpa kendaraan yang sedang melintas.
Di Pesawaran, angin kencang meluluhlantakkan lokasi wisata Pantai Klara. Pepohonan peneduh tumbang dan bangunan pondok di tepi pantai itu tersapu badai. Sementara di Kecamatan Baradatu, Way Kanan, puting beliung menyapu enam kampung. Beberapa pohon tumbang dan atap rumah melayang.
Terparah di Lampung Timur. Di Kecamatan Pasirsakti, angin kencang itu menyapu rumah di Dusun IV, Desa Mekarsari, serta Dusun V dan VIII, Desa Pasirsakti. Tercatat 55 rumah di kedua desa tersebut mengalami kerusakan ringan hingga berat. Akibat kejadian tersebut, seorang warga luka berat dan dua luka ringan.
Munculnya bencana yang datang secara bergelombang itu lagi-lagi menyadarkan manusia untuk selalu waspada terhadap perubahan alam. Fenomena La Nina benar-benar telah menunjukkan wujud nyata di provinsi ini, yakni dengan datangnya berbagai bencana hidrometeorologi.
Kewaspadaan terhadap datangnya bencana bukanlah bersikap pasif dan berpasrah diri, melainkan kewaspadaan aktif. Aksi konkret kewaspadaan aktif itu bisa dilakukan melalui banyak cara, semisal, memangkas pohon yang terlalu rindang. Atau menebang pohon yang terlalu tinggi yang diperkirakan membahayakan keselamatan jiwa. Dalam kejadian di beberapa tempat, angin kencang akan menumbangkan pepohonan dan menimpa rumah penduduk.
Kewaspadaan aktif juga bisa dilakukan dengan membersihkan sungai atau drainase di lingkungan sekitar. Untuk banjir yang merendam lahan pertanian, umumnya akibat limpasan air dari sungai karena tidak mampu menampung debit air dari hulu.
Ke depan, pemerintah daerah perlu menyisihkan anggaran untuk proyek pengerukan sungai agar banjir tidak selalu berulang. Sementara banjir di perkotaan lebih dipicu pada tersumbatnya drainase oleh berbagai tumpukan sampah.
Semua langkah kewaspadaan aktif menghadapi bencana itu tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak. Tidak bisa juga hanya mengandalkan pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat harus mengambil peran aktif secara bersama-sama. Hanya itulah cara terbaik untuk menghadapi bencana hidrometeorologi yang datang tanpa permisi.