H. Bambang Eka Wijaya
KREDIT perbankan Indonesia Desember 2020 terkontraksi minus 2,7% (yoy), lebih dalam dari November -1,7%. Data Bank Indonesia mencatat terjadinya kontraksi empat bulan berturut-turut sejak September.
“BI memandang penurunan kredit perbankan disebabkan oleh penurunan kredit kepada korporasi dan pelambatan kredit perorangan,” demikian Data Analisis Uang Beredar BI, dikutip Infobank (22/1).
Menurut data tersebut, kredit kepada korporasi turun lebih dalam, dari minus 3,4% (yoy) pada November 2020 menjadi minus 5,1% (yoy) pada Desember 2020. Sementara penyaluran kredit pada debitur perorangan melambat dari 0,7% (yoy) pada November menjadi 0,5% (yoy) pada Desember.
Untuk jenis penggunaannya, kredit modal kerja (KMK) paling jeblok, dari tumbuh negatif -3,8% (yoy) pada November, anjlok menjadi -4,9% (yoy) pada Desember. KMK sektor industri pengolahan Desember 2020 tumbuh negatif -8,4% (yoy), lebih dalam dari November -4% (yoy). Sementara KMK sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan tumbuh negatif -9,3% (yoy), lebih dalam dari November -7,6% (yoy).
Adapun kredit investasi (KI), yang pada November masih tumbuh positif 0,2% (yoy), pada Desember terkontraksi menjadi minus -1,0% (yoy). Sementara KI sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan terkontraksi sedalam -1,9% (yoy), dari bulan sebelumnya -0,5% (yoy).
Selanjutnya, kredit konsumsi (KK) Desember 2020 juga terkontraksi -0,7% (yoy), dari -0,2% bulan sebelumnya. Penyebabnya, ada penurunan kredit subsektor KPR dan KKB.
Agak mengejutkan kredit ke sektor UMKM yang dipromosikan habis-habisan untuk memajukannya, ternyata juga mencatat penurunan lebih dalam di skala usaha mikro menjadi -2,2% (yoy) pada Desember, dari -2,0% bulan sebelumnya. Sementara di skala usaha kecil meningkat 3,5% (yoy) dari bulan sebelumnya 3,1% (yoy). Demikian pula pada skala usaha menengah meningkat dari 0,5% (yoy) pada November menjadi 1,6% pada Desember 2020.
Tampak masih adanya kendala struktural dan administratif pada kredit untuk skala usaha mikro yang harus ditangani secara lebih serius agar lapisan masyarakat survival ini bisa bangkit dari keterpurukan yang lebih parah akibat laten terkontraksi.
Di sisi lain, juga terkontraksinya kredit sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang menyangkut kehidupan mayoritas masyarakat, perlu mendapat perhatian khusus (bersamaan dengan subsektor usaha mikro) agar ketimpangan sosial tak makin jomplang.