Mustaan Basran
Wartawan Lampung Post
MANTRA itu adalah kata-kata yang disusun indah agar pendengarnya bereaksi. Apa pun bahasa yang dipakai dalam mantra dan dengan penuh keyakinan dibacakan, secara ajaib apa yang disuarakan atau diniatkan terjadi.
Sehingga kata dan mantra adalah satu kesatuan. Mantra adalah kata-kata, sebaliknya kata-kata juga mantra. Maka seseorang yang pandai berkata-kata, tentu mempunyai kekuatan lebih dibanding yang tidak pandai berkata-kata. Tergantung karakter orangnya, mantra itu akan membuat reaksi dalam hidup di dunia ini.
Di era globalisasi kini, kata-kata itu sangat manjur digunakan. Apalagi kata-kata yang diucapkan sekelompok orang akan mendengungkan dunia untuk memberi reaksi pada kelompok lainnya yang mendengarnya. Ada yang bereaksi membenarkan alias mendukung, melawan alias menolak, atau ada juga tidak bereaksi. Sebab, tidak bereaksi juga merupakan sebuah reaksi.
Sebuah konklusi kata-kata adalah mantra itu menjadi gambaran tentang begitu besar pengaruh media terhadap kehidupan di bumi. Tidak sekadar contoh mantra seorang suami terhadap istrinya untuk percaya penuh padanya. Namun lebih dari itu, dengan kata-kata juga, berita bohong alias hoaks makin merajalela.
Ini menjadi pertanda butuh orang-orang baik yang pandai mengolah kata agar tidak terlampau jahat dalam kebohongan. Ibarat seorang pendekar digdaya yang berpesan pada muridnya, “Jagalah mantra ini, jangan sampai jatuh ke tangan pendekar berwatak jahat.”
Sang murid tentu akan menjadi sasaran pendekar jahat itu dan melawan sekuat tenaga serangan dengungan dari kelompok jahat itu. Meski mendapat dukungan untuk mempertahankan mantra orisinalnya, namun bisa lebih banyak dan rapat pasukan pendengung ingin merebutnya.
Jika berhasil mendapatkan mantra itu, tentu pendengung akan lebih kuat berdengung dan membunyikan mantra sungsang. Mantra sungsang ini akhirnya dimafhumi orang awam jika di tangan pendekar jahat dan semua kehidupan menjadi terbalik.
Media mainstream mempunyai peran sebagai pemegang mantra orisinal, yakni fakta dan data. Kemudian dilengkapi dengan kekuatan tabayun, sehingga mantra bisa menjadi kontrol kehidupan. Dan mampu mengalahkan para pendengung mantra sungsang, pembuat hoaks yang akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan.
Namun dengan adanya pendengung yang menyalahgunakan teknologi digital, fungsi media bertambah. Kini media dihadapkan untuk melawan hoaks yang beredar bebas di dunia maya dan memengaruhi kehidupan di bumi ini. Jangan sampai mantra sungsang alias hoaks menenggelamkan kata-kata dari fakta dan data. Kini saatnya media melawan pendengung, dengan menjaga kredibilitas fakta, data, plus tabayun untuk dijadikan kata-kata yang edukatif, inovatif, dan hal-hal baik lainnya. Media masih bisa terus menang mempertahankan mantra orisinal itu sampai akhir kehidupan.