
PETIKAN gitar dengan suara itu menggema. Iwan Fals dari lagunya yang berjudul Ibu, mengingatkan betapa tulus dan ikhlasnya orang tua dengan susah payah membesarkan anaknya. Doa itu tidak pernah putus-putus agar anak tumbuh menjadi dewasa. Bait lagu yang mengingatkan itu …
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku, anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah.
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas, ibu, ibu …
Ibu tidak pernah meminta balasan. Apa pun yang sudah diberikan untuk anaknya. Hati ibu memang sangat mulia. Ibu akan menangis jika anaknya tidak mengikuti nasihat. Apalagi musim Covid-19, ibu berpesan kepada anaknya; memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun di bawah air mengalir. Kampanye mengingatkan anak-anak bangsa agar menekan penyebaran virus corona baru.
Rasa sayang seorang ibu–dengan kampanye hidup sehat, 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) itu menjadi ukuran. Dimasifkan lagi di era kebiasaan baru ini. Kata orang Lampung, pesan mak (ibu) di atas segala-galanya. Karena doa ibu akan menyertai kesuksesan anaknya.
Pesan ibu itu mengubah perilaku masyarakat yang belum mau memakai masker di tengah pandemi Covid-19. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ada tiga alasan utama masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan. Seperti apa sehingga rakyat menjadi mbalelo.
Survei BPS berlangsung sejak 7—14 September 2020 diikuti 90.967 responden itu, terdiri 55% perempuan dan 45% laki-laki. Apa hasilnya? Terungkap 55% responden tidak patuh memakai masker karena tidak ada sanksi tegas, juga lingkungan mereka tidak terpapar Covid-19.
Alasan kedua, tak perlu mematuhi protokol kesehatan karena mengganggu pekerjaan. Angkanya cukup signifikan, yakni 33%. Dan alasan ketiga, sebanyak 19% tidak patuh dengan alasan aparat dan pimpinan tidak memberikan contoh yang baik. Ini soal keteladanan!
Pekan ini saja, ada pimpinan daerah, calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang mengikuti pilkada, ketua pengadilan negeri, kepala kejaksaan negeri, kepala dinas di Lampung terinfeksi Covid-19. Kalau sudah seperti itu, harusnya sebelum terpapar corona, pemimpin harus mematuhi dan memberikan contoh dalam menerapkan protokol kesehatan.
Soal keteladanan ini juga, anak-anak bangsa harus saling mengingatkan termasuk orang berstrata sosial apakah itu, pejabat di ibu kota provinsi, di kabupaten/kota hingga camat, lurah/kepala desa dan ketua di lingkungan tetangga serta warga. Rakyat harus berani mengingatkan mereka walaupun kurang mengenakan. Ini demi kebaikan daerah juga bangsa dan negara.
Karena negeri ini merasakan sejak Maret lalu, akibat pandemi Covid-19 yang menyeret krisis kesehatan dan ekonomi di mana-mana. Krisis itu menimbulkan persoalan baru. Jutaan warga kehilangan pekerjaan. Angka kemiskinan meningkat karena banyak perusahaan menutup usahanya. Kuartal II ini saja, terjadi guncangan hebat. Resesi sudah menghadang.
***
Harus dikawal dan dijaga! Jangan sampai negara ini terseret lebih jauh ke persoalan resesi, juga banyak rakyat yang terpapar Covid-19. Sebelum ditemukannya obat dan vaksin, perlu dimasifkan hingga ke pelosok negeri penggunaan masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan pakai sabun. Ini merupakan bagian dari pencegahan dan pengendalian Covid-19.
Jangan sampai anak di negeri ini memaki-maki seorang Youtuber Indira Kalistha, karena meremehkan memakai masker di tengah pandemi Covid-19. Netizen mengecam Indira karena tidak menghargai kerja pemerintah dan tenaga medis yang gencar memberi peringatan bahayanya Covid-19.
“Aku jarang pakai masker. Kalau sheet mask, aku pakai setiap hari. Kalau masker yang udara-udara gitu, aku enggak pakai. Kecuali memang kayak ditegur gitu, kayak, ‘Bu, bisa pakai maskernya?’ Pakai. Namun, kalau enggak ditegur, kita lepas lagi. Ini napas sayang ditutup-tutup gitu, loh. Sesak, nih, dada juga sesak,” ujar Indira yang menjadi trending di Twitter.
Tidak hanya Indira menyatakan hal itu. Masih banyak warga abai dengan penggunaan masker. Tapi banyak juga takut didenda aparat, dan ada pula dengan kesadaran tinggi menggunakan masker saat keluar rumah.
Artinya, ada kesadaran baru yang harus dipegang teguh dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan yang digaungkan pemerintah. Memang sulit membangun kesadaran rakyat seperti menggunakan masker kalau tidak diikuti dengan sanksi tegas oleh aparat keamanan.
Bangsa ini pada Agustus lalu mengampanyekan memakai masker, lalu pada September dengan gerakan jaga jarak, serta Oktober memasifkan gerakan cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir. Jika mau berhasil dan berdampak lagi kepada masyarakat–harus dilakukan secara bersama-sama dalam upaya penanganan kesehatan. Kampanye dilakukan melalui media cetak, elektronik, online, media sosial, serta media luar ruang.
Itu saja tidak cukup. Ternyata negara ini memerlukan strategi penanganan wabah Covid-19 yang jitu sehingga rakyat tetap sehat. Masyarakat sangat membutuhkan informasi yang benar tentang bahaya virus corona. Sejak awal sudah dilakukan. Bahaya lain yang akan merenggut nyawa jika rakyat tidak menerapkan protokol kesehatan.
Tidak hanya itu, strategi lain agar rakyat bertahan adalah memberikan insentif, yakni sembako, tunjangan bantuan langsung tunai untuk pegawai swasta. Pulsa dan kuota untuk siswa, mahasiswa serta guru dan dosen. Strategi terakhir adalah penegakan hukum melalui maklumat Kapolri, peraturan kepala daerah untuk mengatur kebiasaan baru.
Kebiasaan baru memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan akan berhasil dan sukses jika melibatkan emak-emak dari berbagai lintas agama, akademisi kampus, tokoh masyarakat dan adat dengan kearifan lokalnya. Program keluarga berencana (KB), memakai helm ketika berkendaraan sepeda motor adalah contoh nyata bisa diterima di tengah masyarakat. ***