Wujudkan Lampung Aman Pangan

WARGA Lampung, utamanya kalangan menengah ke bawah, babak belur. Pasalnya, kenaikan harga bahan pangan kini menggila. Persoalan kelangkaan dan melonjaknya harga membuat masyarakat dua kali terpukul. Kenaikan harga terjadi menjelang Lebaran dan kembali melambung setelah Idulfitri. Bahkan, harga sejumlah komoditas yang diprediksi melandai usai Lebaran, justru bertahan mahal hingga kini. Telur ayam ras awal Ramadan Rp25 ribu/kg. Harga melambung jelang Idulfitri tembus Rp30 ribu/kg. Hingga kini, telur ayam ternyata bertahan tinggi di Lampung, berkisar Rp28 ribu/kg, belum kembali normal di angka Rp22 ribu/kg. Bawang merah juga naik sejak sepekan terakhir, dari Rp40 ribu/kg menjadi Rp50 ribu/kg. Hal serupa juga terjadi pada ayam ras yang kini dipatok Rp37 ribu/kg dari sebelumnya Rp32 ribu/kg pada awal Juni. Belum lagi krisis minyak goreng yang terus-menerus menjadi persoalan krusial di semua daerah. Harga minyak goreng, bahkan yang curah, meroket tajam. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2022 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Minyak Goreng Sawit, nyatanya cuma menjadi macan kertas. Aturan itu tidak memberi dampak positif pada stabilitas harga. Minyak curah yang seharusnya dijual Rp14 ribu/liter, pada April dibanderol Rp18 ribu/liter. Bukannya turun, harga malah terkerek menjadi Rp20 ribu/liter pada awal bulan ini. Pedagang menjual dengan harga tinggi karena stok yang kelewat minim. Kapolda Kapolda Lampung Irjen Hendro Sugiatno pada Maret lalu menyebut Lampung surplus minyak goreng dan mengimbau warga tidak panic buying . Fakta di lapangan, pedagang dan pembeli di pasar tradisional di seantero Lampung justru menyatakan hal sebaliknya. Minyak goreng curah langka bahkan hilang dari pasaran, seperti yang terjadi di Lampung sejak awal Juni. Sekadar operasi pasar, jelas bukan solusi jitu untuk urusan pangan. Itu hanya berdampak sangat singkat dan tidak menyelesaikan akar masalah. Pemprov dan seluruh kabupaten/kota harus merumuskan langkah pengendalian harga pangan. Tidak semua hal ihwal perekonomian bisa dilepas begitu saja mengikuti pasar bebas. Harus ada kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan agar daya beli masyarakat tidak makin terpuruk usai dihantam pandemi. Penduduk Lampung berjumlah sekitar 10 juta jiwa. Jika ada distorsi harga bahan pangan, akan berurusan dengan perut 10 juta orang. Saatnya seluruh aparatur pemerintah dari pusat sampai daerah bekerja serius mengendalikan harga bahan pokok. Jika faktor pendorong kenaikan harga berasal dari sisi suplai, persoalan yang selalu berulang ini jangan biarkan terus berlanjut. Benahi manajemen pangan yang amburadul. Jangan biarkan rakyat sengsara berkepanjangan hingga bak tikus mati di lumbung padi. Jaga pasokan pangan. Redam gejolak harga pangan. Memberantas mafia pangan berikut aparat yang main-main untuk keuntungan pribadi menjadi keniscayaan untuk Lampung aman pangan.

Delima Natalia Napitupulu

Berikan Bantuan Afirmasi untuk Biaya Pendidikan Dokter

Unila Menuju WCU dalam EduData Summit 2022

Perlu Sinergi Wujudkan UMKM Tangguh

Pencairan Anggaran Pilkada Lampung Bertahap

Doa Baik Iringi Kepulangan Eril

Pembayaran Menggunakan QRIS

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Harga Cabai Tak Kunjung Turun, Ini Harapan Ibu-ibu

Jemaah Haji Lampung Merapat ke Makkah

Tayang Pekan Ini, Intip Kisah Penantian Film Ranah 3 Warna

Misi Damai Jokowi untuk Zelensky-Putin

Jaga Kesehatan lewat Pola Makan

Kelurahan Kotakarang Unggulkan Produksi Sulam Usus

Pembatasan Usia Badan Ad Hoc Pemilu Solusi Tepat

Memacu Pertumbuhan UMKM

Sulitnya Pedagang Saat Hadapi Harga Pangan Terus Melambung

11 Anggota KM Kembali ke Pangkuan NKRI

POPULAR POST

E-Paper Lampung Post, Edisi Kamis, 23 Juni 2022

Pacu Keterlibatan Perempuan di Pesta Demokrasi

E-Paper Lampung Post, Edisi Senin, 20 Juni 2022

E-Paper Lampung Post, Edisi Selasa, 21 Juni 2022

Model Rambut Pria yang Boleh Dicoba

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi

Perwakilan Jakarta

Selamat Datang kembali!

Ambil kata sandi Anda

Tambahkan Daftar Putar Baru