ARMANSYAH
BANJIR yang terjadi di sejumlah wilayah di Kecamatan Palas, Lampung Selatan, mengakibatkan 255 hektare (ha) tanaman padi puso atau rusak padahal baru berusia berkisar 7—30 hari setelah tanam (HST). Petani harus gigit jari karena tidak ada satu pun tanaman padi yang terdaftar asuransi usaha tani padi (AUTP).
Ketua Gapoktan Bali Jaya, Desa Baliagung, Dewa Aji Tastrawan mengatakan banjir yang terjadi dalam beberapa hari terakhir mengakibatkan 235 ha tanaman padi puso. Sayangnya, semua tanaman tidak ada yang terdaftar dalam AUTP.
“Dari luasan 395 ha yang terendam banjir, ada seluas 235 ha yang rusak. Bahkan, semua tanaman padi puso tidak ada yang masuk AUTP. Tentu petani mengalami kerugian yang tidak sedikit,” katanya, Rabu (17/2).
Dia mengatakan petani setempat belum bisa mendaftarkan tanaman padi mereka ke AUTP lantaran belum ada pembukaan sistem dari PT Jasindo. “Sistem AUTP baru buka beberapa hari terakhir atau setelah tanaman padi berusia 30 HST dan tanaman rusak,” ujarnya.
Gapoktan Maju Jaya Desa Pulaujaya, Dedi Yusuf mengungkapkan hal senada. Dia mengatakan setidaknya ada 20 ha tanaman padi yang rusak akibat banjir.
Tanaman yang puso rata-rata berusia 30—35 HST dan baru satu kali pemupukan.
“Kalau lahan tanaman padi yang terendam ada 50 ha. Tapi, tanaman padi yang puso hanya ada 20 ha. Semua tanaman tidak ada yang masuk AUTP karena belum ada pembukaan di PT Jasindo,” katanya.
Pindah Varietas
Menurut dia, saat ini petani kembali melakukan pembibitan di lahan daratan. Bahkan, petani kini beralih varietas tanaman, yakni jenis ciherang.
“Rata-rata petani sudah tiga kali tanam. Sekarang ini petani sudah beralih ke varietas padi ciherang. Peralihan varietas ini karena mau mengejar waktu keterlambatan,” katanya.
Selain di Kecamatan Palas, banjir juga merendam puluhan hektare sawah di Desa Sukamaju, Kecamatan Way Sulan. Banjir akibat hujan deras yang melanda wilayah sekitar sejak dua hari lalu mengakibatkan arus Way Ratupa meluap dan merendam sekitar 25 hektare tanaman padi. Bahkan, luapan arus Way Ratupa yang sangat deras menyeret material jembatan penghubung antardesa setempat sehingga ambles.
Apabila dalam beberapa hari ke depan air tidak surut, tanaman padi yang sudah berusia rata-rata sekitar 60 hari akan roboh dan membusuk. “Kalau air surut tanaman padi roboh dan bisa membusuk,” kata Muksin (46), petani setempat, Selasa (16/2).
Kepala UPTD Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Way Sulan Suganta menjelaskan untuk data sementara sekitar 25 hektare tanaman padi yang terendam banjir. “Untuk data lengkapnya baru bisa besok,” ujarnya. (HAN/D1)
armansyah@lampungpost.id