ELIYAH
SEJUMLAH warga di Lampung Barat mengeluhkan keberadaan gas 3 kg atau elpiji melon yang saat ini sedang terjadi kelangkaan. Keluhan itu salah satu di antaranya disampaikan Tiur (54), warga Pekon Bandaragung, Kecamatan Bandarnegeri Suoh, Lampung Barat.
Tiur mengaku jika di Bandarnegeri Suoh dan sekitarnya saat ini terjadi kelangkaan gas 3 kg. Semua pengecer elpiji 3 kg saat ini mengalami kekosongan. Kekosongan tidak hanya terjadi di Bandarnegeri Suoh. Ia mengaku sengaja datang ke Liwa untuk mencari kebutuhan lain sambil mencari elpiji dari Bandarnegeri Suoh hingga di Pekon Sukabumi, Kecamatan Batubrak, ternyata semua kosong.
Kelangkaan gas ini terjadi sejak satu minggu lalu. Akibat kelangkaan gas itu, kini warga di Suoh, kembali memasak menggunakan kayu.
“Kalau di wilayah Suoh, warga rata-rata petani tidak terlalu ambil pusing karena sejak dampak Covid-19 ini terjadi, selama ini memang sudah banyak warga yang melakukan penghematan dengan cara masak beralih menggunakan kayu bakar,” kata dia.
Namun, bagi warga yang memang mengandalkan elpiji 3 kg, kelangkaan gas ini tentu dikeluhkan.
Hendra Syah Putra, pemilik pangkalan elpiji di Pasar Liwa, mengakui jika beberapa hari ini banyak orang mencari gas. Menurut dia, kelangkaan ini terjadi karena banyak warga yang menggelar hajatan menggunakan gas 3 kg.
“Tadinya tidak ada yang hajatan sehingga rata-rata setiap rumah warga itu hanya menghabiskan elpiji 3 kg selama dalam dua Minggu. Namun, sejak musim hajatan kebutuhan meningkat, bayangkan saja jika satu rumah pemilik hajatan bisa menghabiskan 25 tabung, berapa tabung yang habis jika setiap hari ada yang hajatan,” kata Hendra.
Selain karena banyak orang yang menggelar pesta, pendistribusian juga dikurangi tetapi tidak banyak. “Saya biasanya didrop 300 tabung, tetapi minggu lalu hanya didrop 250 tabung dengan alasan karena di tempat lain juga banyak kebutuhan,” kata dia.
Sarina (41), warga Liwa, mengakui jika saat ini sedang terjadi kelangkaan gas. Pada Kamis (8/10), ia juga mencari gas setelah keliling ke sejumlah pengecer ia baru mendapatkannya.
Lampura
Sebelumnya, kelangkaan gas juga pernah terjadi di Lampung Utara. Kalaupun ada, harganya jauh dari pasaran normal, yakni Rp30 ribuāRp35 ribu per tabung.
āSusah, kalau pun ada harga selangit. Kami sangat kesusahan, khususnya warga kurang mampu seperti kami. Terpaksa kembali seperti zaman purba dahulu, menggunakan kayu,ā kata Uly, warga Kotaalam, Kecamatan Kotabumi Selatan, beberapa waktu lalu.
Kepala Dinas Perdagangan Lampura, Hendri, mengatakan siap berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti Pertamina dan pemangku kepentingan. Hendri menjelaskan seharusnya peruntukan elpiji 3 kg itu bagi warga golongan menengah ke bawah. Namun, praktiknya tidak demikian. Di lapangan, tidak sedikit lapisan atas atau kaya yang menggunakan elpiji melon. (FIT/HAR/D1)eliyah@lampungpost.co.id