JATAH pupuk subsidi untuk Mesuji tahun ini turun drastis 50% lebih dari penerimaan tahun lalu. Tahun ini Mesuji hanya mendapatkan jatah pupuk subsidi 17 ribu ton, sedangkan tahun lalu mencapai 36 ribu ton.
“Penurunan itu sudah merupakan keputusan Pemerintah Pusat. Luas tanam Mesuji saat ini seluas 34 ribu hektare,” kata Kepala Dinas Pertanian Mesuji Pariman, Jumat (5/2).
Akibat pengurangan itu, kini banyak petani yang mengeluh karena sulit untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, terutama pupuk urea. “Sebelumnya kami kesulitan mendapatkan pupuk NPK, sekarang urea. Kami berharap pemerintah benar-benar bisa menjamin agar masa tanam kami ini tidak mengalami kegagalan,” kata Warso, petani dari Desa Wonosari, Kecamatan Mesuji Timur.
Di sisi lain, Kadis Pertanian juga mengeluhkan kurangnya tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL). Saat ini 25 PPL yang ada tidak memadai untuk mengkaver 34 ribu hectare luas tanam. Padahal sesuai UU Nomor 16 tentang Penyuluhan, idealnya PPL ada di setiap desa dan di Mesuji ada 105 desa dari tujuh kecamatan.
Urea dan NPK
Kesulitan mendapatkan pupuk subsidi jenis urea dan NPK juga terjadi di Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Padahal, tanaman padi musim rendeng mereka sudah waktunya mendapat pupuk yang pertama.
Ketua Kelompok Tani Karya Tani Desa Pematangbaru Ramli mengaku dalam beberapa hari terakhir kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi jenis urea dan NPK. Sedangkan, tanaman padi miliknya sudah berusia 25 hari setelah tanam (HST).
“Sudah beberapa hari ini saya bolak-balik ke kios penyalur pupuk bersubsidi di desa kami. Tapi, hingga saat ini stoknya belum ada. Padahal, tanaman padi sudah waktunya mendapat pupuk yang pertama,” katanya, kemarin.
Kondisi itu, kata Ramli, membuat para petani khawatir kualitas tanaman padi menjadi kurang. Batang padi tidak dapat tumbuh subur sehingga kurang menghasilkan bulir padi secara maksimal.
“Ya, kalau telat memberi pupuk berpengaruh terhadap pertumbuhan sehingga hasil produksinya berkurang. Punya saya masih mending 25 HST, petani lainnya ada yang mencapai 30 HST,” ujarnya.
Evan Herlambang, petani lainnya, menambahkan tahun ini petani kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi di tengah adanya pengurangan jatah dari pemerintah.
“Kendala petani tahun ini bukan hanya kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi saja. Tapi, kebutuhan petani untuk pemupukan berkurang dan harus sesuai dengan E-RDKK,” katanya.
Pemilik Kios Sinar Harapan Desa Sukamulya, Jono, membenarkan adanya keterlambatan distribusi dari distributor. Akibatnya, belum bisa menyalurkan pupuk ke kelompok tani. “Belum ada pasokan pupuk karena distributor memang belum mengirim. Coba tanya dengan kios lain,” katanya. (NAS/SYA/D1)