PARA petani pengelola hutan kawasan register mengeluhkan hasil dari tanaman cokelat atau kakao tidak maksimal. Hal itu karena tanaman yang mereka rawat mengalami kerusakan akibat serangan hama ulat dan terserang penyakit.
Hariadi, warga Desa Wiyono, Kecamatan Gedongtataan, salah satu petani di kawasan, mengatakan rusaknya tanaman cokelat tersebut setelah musim kemarau kepanjangan beberapa waktu lalu. Kemudian adanya serangan hama ulat.
“Selain pohon, buahnya juga sudah banyak penyakit yang menyerang, seperti bijinya yang kosong, kalau petani bilang brekele. Selain itu, memang umur pohonnya yang sudah tua sehingga hasilnya kurang maksimal, sudah waktunya untuk memperbarui,” ujarnya, Jumat (5/2).
“Hampir semua petani kawasan mengalami nasib yang sama. Kami berharap pemerintah melihat kondisi yang saat ini kami rasakan. Pemerintah bisa mengeluarkan peraturan yang memperbolehkan petani mengganti tanaman dengan mengatur jenis tanaman apa yang boleh untuk ditanam,” katanya.
Penghasil Terbesar
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Pesawaran Anca Martha Utama, mengatakan dalam rangka menyelesaikan persoalan tanaman cokelat yang banyak mati, Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) telah turun ke lokasi untuk melihat kondisinya.
“Pesawaran merupakan penghasil kakao terbesar di Lampung. Saat ini ada sekitar 30 ribu hektare lahan kakao dan salah satu penunjangnya ada di kawasan register yang mencapai 10 ribu hektare,” ujarnya.
“Jadi hampir semua tanaman kakao di kawasan register itu rusak karena memang itu sudah ada dari zaman Belanda. Namun, Dirjenbun sudah turun, jadi mereka sudah mengetahui apa penyebab dan jalan keluarnya seperti apa,” katanya.
Dia mengatakan ada hal yang membatasi Pemkab Pesawaran mencarikan jalan keluar atas permasalahan ini. Sebab, kawasan registrasi masuk ranah Dinas Kehutanan Lampung.
“Kalau upaya kami menyelesaikan masalah ini, legal standing apa dan harus memahami kalau masyarakat yang mengelola kawasan register kan tidak memiliki izin. Jadi kami kalau mau mengasih bantuan kepada perambah salah pula. Kami mengajak rombongan berkeliling melihat kondisi, tinggal tunggu hasil rapat mereka untuk jalan keluar permasalahan ini,” ujarnya. (CK1/D1)