PERDHANA WIBYSONO
PARA petani di Lampung Selatan kewalahan menghadapi serangan hama tikus yang menyerang areal tanaman padi pada musim tanam rendeng ini. Serangan masif hewan pengerat tersebut terjadi sejak sebulan silam dengan memakan batang tanaman padi yang rata-rata sudah memasuki usia dua bulan.
Untuk menghadapi serangan, beberapa petani banyak yang nekat memasang jebakan tikus menggunakan arus listrik atau memasang setrum di areal sawah.
“Terpaksa menggunakan setrum karena kami sudah kewalahan untuk mengatasinya,” kata Hartono (59), petani di Kecamatan Kalianda, Senin (8/2).
Serangan hama tikus saat ini paling parang sejak enam tahun terakhir. “Sekarang ini paling parah sejak enam tahun terakhir,” ujarnya.
Dalam sehari 50—70 ekor tikus mati akibat terkena jebakan listrik. “Setiap pagi puluhan tikus mati kesetrum,” kata Ribut (61), petani di Kecamatan Sidomulyo.
Dia menjelaskan para petani sudah melakukan berbagai cara menghadapi serangan hama tikus, seperti memasang jaring hingga memberi racun. “Kalau pertama makan racun banyak yang mati, tapi besoknya sudah enggak mau lagi,” katanya.
Tikus memakan batang padi yang terletak di tengah sawah dan secara bertahap menghabiskan seluruh tanaman dalam setiap petaknya. “Mereka awalnya menyerang yang berada di tengah dulu,” ujarnya.
Kepala UPT Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kecamatan Sidomulyo Didik Deki Setiawan menjelaskan sudah sekitar 3 hektare sawah yang puso akibat serangan tikus. “Sawah yang puso akibat serangan hama tikus mencapai tiga hektare,” katanya.
Untuk menghadapi hama itu, pihaknya bersama para petani akan melakukan gerakan pengendalian (gerdal) organisme pengganggu tanaman tikus. “Rencananya Rabu besok mau gerdal tikus,” ujarnya.
Gerakan pembasmian serentak hama tikus dengan cara memberikan umpan beracun, pasang peledak, dan membakar belerang. “Gerakan pertama di sawah Desa Sidowaluyo dan Sidorejo,” katanya.
Terendam
Sementara itu, tingginya curah hujan dalam satu pekan terakhir mengakibatkan tanaman padi di wilayah Kecamatan Palas yang terdampak banjir mencapai 1.058 hektare. Setidaknya ada 448 hektare di antaranya terancam rusak atau puso.
Kepala UPTD Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Palas, Tarmijan, mengatakan dari luasan 3.861 hektare yang sudah ditanami padi, 1.058 hektare di antaranya terdampak banjir. “Hasil pendataan kami dari luas tanam 3.861 hektare, 1.058 hektare di antaranya terendam. Banjir akibat hujan deras sehingga sejumlah sungai dan saluran irigasi meluap,” ujarnya.
Dia menambahkan ada 354 hektare terdampak ringan, 431 hektare sedang, dan 448 hektare terdampak berat dan terancam puso. Tanaman padi yang terendam tersebar di Desa Pematangbaru, Sukabakti, Sukaraja, Sukamulya, Palaspasemah, Bangunan, dan Baliagung.
Dia mengatakan telah melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPH-Bun) Lamsel. Bahkan, pihaknya mengusulkan bantuan benih.
“Sudah kami laporkan ke Dinas TPH-Bun Lamsel. Usulan petani untuk mendapatkan bantuan benih juga sudah kami sampaikan ke kabupaten karena ada tanaman padi yang mengalami kerusakan,” katanya.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan UPT Penguji Konstruksi dan Bangunan Kecamatan Palas untuk mengusulkan perbaikan pintu air dan normalisasi jaringan irigasi di beberapa wilayah areal persawahan. “Kami juga sudah mengusulkan perbaikan pintu air dan normalisasi. Soalnya di beberapa wilayah seperti Desa Bandanhurip dan Baliagung ada pintu pengairan yang rusak menjadi pemicu banjir,” ujarnya. (SYA/D1)
perdhana@lampungpost.id