Jangan Pilih Perumahan Rawan Bencana
DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bandar Lampung meminta masyarakat lebih selektif dalam memilih rumah, baik untuk hunian atau investasi. Pernyataan itu menyikapi ambruknya dua rumah mewah akibat longsor di perumahan Citra Land, Bandar Lampung, beberapa hari lalu.
Sekretaris DPD KNPI Bandar Lampung Een Riansyah menjelaskan tragedi robohnya dua rumah di Citra Land mesti menjadi pelajaran untuk para konsumen yang berniat membeli hunian di perumahan. Jangan sampai ada konsumen yang menjadi korban jiwa akibat kelalaian dalam memilih perumahan yang lahan dan konstruksi bangunannya buruk.
“Manajemen mengatakan akan mengganti rugi karena rumah sudah ada pemiliknya. Ini bukan persoalan ganti rugi Bung, melainkan ini soal konstruksi bangunan yang ternyata tidak ada jaminan keamanannya. Bagaimana bila rumah itu sudah berpenghuni lalu runtuh, akan ada korban jiwa,” ujar Een Riansyah didampingi pengurus saat melakukan konferensi pers di kantor KNPI Bandar Lampung, Jumat (29/1).
Apalagi, ujar Een, berdasar pada investigasi tim KNPI Bandar Lampung ternyata ditemukan juga beberapa titik rawan longsor di area perumahan milik Ciputra Group itu.
“Pemkot Bandar Lampung harus segera melakukan langkah konkret, preventif, dan antisipatif. Jangan sampai memakan korban. Ini bikin malu, robohnya bangunan mewah ini disoroti secara nasional. Kami bukan anti-investasi, melainkan kami membutuhkan investor yang taat hukum,” ujar Bung Een.
Legislatif sebagai lembaga yang memiliki fungsi kontrol harus bergerak cepat. KNPI siap mengawal hingga kasus ini tuntas. “Kami minta Komisi III DPRD Bandar Lampung melibatkan KNPI, karena kami memiliki memiliki tanggung jawab moral terhadap pembangunan dan lingkungan,” ujarnya.
Penghuni klaster Davinci Citra Land, Hendra mengaku waswas untuk tinggal di rumahnya. Pasalnya, bagian belakang rumah Hendra pas berdekatan dengan bangunan yang roboh.
Hendra juga mengungkapkan manajemen Citra Land pernah berjanji akan merelokasi rumahnya ke klaster lain yang aman dari bencana. Ia dijanjikan view menghadap laut, tetapi tidak ada ganti rugi berbentuk pengembalian uang.
Sayangnya, hingga kemarin, belum ada realisasi dari manajemen Citra Land. Hendra pun sudah diminta manajemen untuk membuat surat permohonan yang intinya berisi relokasi, pembangunan, keluhan sebagai pelanggan, servis manajemen terhadap konsumen, hingga pengawasan pembangunan di lapangan yang kurang baik.
“Saya sudah bicara dengan GM Citra Land. Pada dasarnya, dia akan melaksanakan relokasi rumah saya dan membangunkan lagi rumah saya. Tapi baru sebatas omongan aja, belum ada pernyataan ditandatangani pihak manajemen,” ujar Hendra.
Sementara itu, rumahnya saat ini sudah tidak dapat lagi dihuni. “Keadaan rumah sampai sekarang tambah retak, yang tadinya satu rambut sekarang sudah bertambah besar,” ujarnya. (CR1/RUL/S1)