Tangan Dingin Putra Terbaik Lampung Barat

KABUT subuh menyelimuti kaki Gunung Pesagi. Sebagian tubuh masih terbalut selimut. Jiwa-jiwa mereka lelap di alam mimpi. Meski azan subuh telah berkumandang, udara dingin Kebuntebu, Lampung Barat, membuat penduduknya bergeming, masyuk dalam alam tidur. Hanya sebagian mereka yang hatinya terbiasa mendengarkan panggilan Ilahi dan fisiknya biasa tertembus hawa dinginlah, yang siap menerobos kabut menuju pancuran air demi mengambil air wudu. Salah seorang tersebut adalah Mukhlis Basri. Remaja berbadan tegap, kulit putih, dan mata sipit tersebut dengan gagah menaklukkan hawa dingin dan air yang rasanya sebanding es. Dengan sedikit menahan gigil dibasuhnya anggota tubuh dengan air wudu, dilanjutkan salat subuh di masjid yang hanya dimasuki bebarapa orang. Mukhlis terbiasa menunaikan salat di awal waktu. Jika mendengar azan berkumandang, langkahnya bergegas ke tempat wudu, meski air sedingin es batu. [caption id="attachment_40893" align="aligncenter" width="683"] Mukhlis Basri sedang minum kopi yang juga digalakkan di lampung barat[/caption] Usai salat, Mukhlis yang masih duduk di bangku SMP tersebut tidak kembali ke peraduan untuk melanjutkan mimpi. Meski pagi masih dipeluk kabut yang tak jua menipis, Mukhlis menyiapkan ginjar, golok, sepatu buts, dan sepeda motor gunungnya untuk bersiap ke huma. Usai mengemasi perlengkapan bertani yang diperlukan, aroma kopi luwak buatan sang ibu pun memanggilnya bergegas ke beranda rumah. Di sana sang ayah telah duduk sambil mengisap rokok. Di depannya, beberapa cangkir kopi (untuk Mukhlis dan saudara-saudaranya), rebusan ubi jalar dan kue cucur hantaran tetangga yang baru hajatan melengkapi sarapan pagi keluarga sederhana tersebut. Belum lagi Mukhlis masuk ke beranda, suara sang ayah dengan nada sedikit tinggi, menghentikan langkah Mukhlis. “ Mak sekulah niku Lis, khadu siap-siap mit kebun? ” “ Khani sinji peraa Bak, guru haga rapat mit kecamatan .” “ Lain hak ulehni malasmu kudo, ngesepok alasan in mak sekulah? ” “ Ma wat Bak, libur sunyin rik ni. ” “ O..lain niku mak haga sekulah? ” “ Mawat Bak, wat-wat gawoh Bak ni .” “ Payolah Lis, ngupi pai Lis, mak kung mit kebun .” “ Terima nihan, Bak .” Mukhlis pun melanjutkan langkah memasuki beranda, duduk di kursi kayu di seberang meja sang ayah. Meski semula ia hampir mengurungkan niatnya bergabung dengan ayahnya setelah mendengar suara ayahnya yang sedikit meninggi melihat Mukhlis hari itu tak berangkat sekolah. Setelah Mukhlis menjelaskan kalau hari itu libur, baru sang ayah memaklumi dan bersahabat kembali. [caption id="attachment_40896" align="aligncenter" width="1024"] Mukhlis Basri sosok yang akrab dengan petani.[/caption] Ya, meskipun keluarga petani yang hidup di pelosok, orang tua Mukhlis Basri sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Orang tua Mukhlis bertekad menyekolahkan kedelapan anaknya hingga ke perguruan tinggi meski harus bersusah payah mencari bekal pendidikan anak-anaknya. Sang Bupati itu Dulunya Pengantar Barang Sebagai anak ketiga, dari keluarga besar, sejak kecil Mukhlis pun turut membantu kedua orang tuanya ke ladang. Hampir seluruh waktunya, di luar sekolah dan mengaji, dihabiskan di kebun untuk membantu orang tuanya. Tak hanya itu, jika ada waktu luang di saat panen, Mukhlis pun tak segan untuk menjadi pengantar hasil panen dari kebun ke jalan raya atau ke rumah si empunya panennya. Hasil mengojek barang tersebut digunakan untuk membantu keluarganya memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan sekolah. [caption id="attachment_40897" align="aligncenter" width="683"] Mentalias Mukhlis Basri terasah sejak meniti kehidupan sebagai anak petani.[/caption] Mukhlis tak pernah menduga, ketaatannya beribadah, kesungguhannya membantu keluarga, ketekunannya mengantarkan barang dari satu tempat ke tempat lain, semua adalah tempaan alam yang harus dilaluinya untuk dipersiapkan oleh Sang Pengatur untuk menjadi orang nomor satu di Lampung Barat. Sang Bupati tak menduga, kebiasaannya beribadah akan menjadi perisai saat menghadapi kawan maupun lawan. Kesungguhannya membantu keluarga juga famili dan para tetangganya merupakan miniatur kerja-kerjanya di masa depan yang harus memikirkan seluruh rakyat di Lampung Barat. Sedangkan kebiasaannya mengantarkan barang orang, menempa dirinya untuk selalu amanah dan tepat dalam menjaga titipan. Dia dan juga keluarganya memang tidak mempersiapkan diri untuk menjadi orang nomor satu, tapi proses hidup telah membawanya ke takdir itu. Takdir sebagai pengantar kemajuan Lampung Barat. Buah Didikan Alam Lahir dari keluarga petani dengan kehidupan pas-pasan, Mukhlis Basri pada masa kecilnya tidak pernah terpikir berkecimpung di dunia politik, apalagi menjadi seorang bupati. Mukhlis benar-benar pemimpin yang lahir dari bakat alam, talenta yang telah dipersiapkan untuk mengantarkan Lampung ke kondisi yang lebih baik. Mukhlis lahir dari ceruk keprihatinan hidup masyarakatnya, maka dia pun punya modal membangun dari realitas yang dihadapinya. Laki-laki yang lahir pada keluarga petani dengan kehidupan pas-pasan, Mukhlis yang lahir 24 Februari 1964 itu mengaku bangga menjadi anak petani. Dia merasa kehidupan seorang petani dengan prinsip bekerja keras, berusaha, dan berdoa. Etos itulah yang digunakan Mukhlis dalam mengemban amanah rakyat saat ini. Sebagai pemimpin Lampung Barat, dia harus siap menjadi contoh. Karena terbiasa bekerja keras, semua tak menjadi hambatan berarti. Mukhlis yang semasa kecil lebih banyak berjibaku dengan masalah pertanian, baik bercocok tanam, merawat tanaman, dan memaksimalkan panen, tak pernah tebersit akan terjun di dunia politik. Tapi keluwesan bergaul dan kesukaannya menjalin pertemanan dengan siapa pun, membawanya ke ranah itu. Antara Karya dan Momentum Berawal saat dia duduk di bangku SMP tahun 1977, karena keberanian dan kecakapannya, Mukhlis dipercaya menjadi saksi penghitungan suara di TPS dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di pekon tempatnya berdomisili. Ia pun mengikuti kampanye partai berlambang Kakbah itu ke berbagai daerah. Selain itu, sebagai orang yang senang dan mudah bergaul, sosok Mukhlis sering menjadi tempat teman sebayanya meminta saran dan pendapat. Dia pun aktif di berbagai kegiatan dan organisasi yang berlanjut hingga di perguruan tinggi tempat ia menimba ilmu. Pada 1990-an, di sela kesibukannya sebagai seorang petani kopi, Mukhlis mulai terjun di partai politik sebagai simpatisan PDI dan masuk di struktural kepengurusan Komcam Kecamatan Sumberjaya, tetapi karena tidak aktif, ia kemudian nonaktif selama beberapa tahun. Menjelang masa reformasi 1998, Mukhlis kembali membulatkan niat bergabung di partai politik. Saat itu ia mulai bergabung dengan PDI Perjuangan, yang pada Pemilu 1999 mengantarkannya duduk sebagai anggota DPRD Lampung Barat. Terkenal dekat dengan semua kalangan dan memiliki gagasan kuat, 10 anggota DPRD Lambar asal PDI Perjuangan memercayakan Mukhlis menjadi ketua Fraksi PDI Perjuangan. Ketika berlangsung Pemilihan Kepala Daerah Lampung Barat 2002, yang kala itu masih dipilih oleh anggota DPRD, atas permintaan kader PDI Perjuangan, Mukhlis ditunjuk untuk menjadi wakil bupati Lambar, mendampingi almarhum Erwin Nizar sebagai bupati. Duet keduanya akhirnya sukses hingga kepemimpinan Lambar 2007. Tak Terpisah dari Rakyat Saat duduk sebagai wakil bupati Lambar periode 2002—2007, peran Mukhlis sangat menonjol. Kehidupannya yang sederhana dan terkenal dekat dengan masyarakat membuat Mukhlis memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Bahkan, berbagai masukan dan harapan pembangunan sering disampaikan langsung melaluinya. Tahun 2007, saat berlangsungnya Pemilukada Lampung Barat, PDI Perjuangan bersama beberapa partai pendukung mengusung Mukhlis Basri sebagai calon bupati berpasangan dengan Dimyati Amin. Pemilihan kepala daerah yang pertama kali dipilih oleh masyarakat itu mengantarkan Mukhlis menjadi bupati periode 2007—2012. Atas kinerja dan programnya selama menjadi bupati, Mukhlis kembali terpilih sebagai bupati pada pemilukada 27 September 2012, dengan masa jabatan 2012—2017. n [gallery jnewsslider="true" jnewsslider_zoom="true" size="large" ids="40892,40896,40900,40902,40901,40898,40899"]

Tangan Dingin Putra Terbaik Lampung Barat

Kiprah teruji seorang Mukhlis Basri

Anggaran Disdik Ditambah hingga Rp7,8 miliar

Megawati Sindir Prabowo

Related Posts

Apa Kado Istimewa Pilihanmu?

Kiat Praktis dalam Pelayanan Publik

BKD Se-Lampung Sepakat Layangkan Surat ke BKN

Untaian Harmoni Natal Kerabat

Megawati Sindir Prabowo

Artikel Pilihan

Berani Memiskinkan Alay

Surplus Dagang, Contoh Tiongkok!

Merawat Alam

Kerajaan Preeet…

Jalan Tol dan UKM

Artikel Pilihan

Hilangnya Sabuk Hijau Pesisir Kota

Potret Darurat Sanitasi di Teluk Lampung

Tak Menyerah Melawan Rubella

Perjuangan Petugas Imunisasi di Pelosok Lampung

Sayonara Pembayaran Tiket Kapal Manual?

Mencicipi Sensasi Si Ular Besi

Tentang Kami

Alamat

Iklan dan Sirkulasi

PERWAKILAN JAKARTA