KINI dapat dimengerti alasan proatin/perwatin Abung Sewu Mego mendapatkan kehormatan yang tinggi dari suku-suku lain selain asosiasi Sewu Mego. Proatin ini merupakan wujud perwakilan seluruh bangsa Abung.
Yang menarik adalah bahwa suku Abung Nunjai yang dibandingkan oleh kolonial Eropa dengan bangsa Abung (du Bois, 1830; Kornfeld, 1859; Veth, 1878), hanya satu-satunya yang memiliki suara di dewan besar.
Yang semakin mengherankan adalah bahwa bandar-bandar dari Subing dan Unji memiliki empat posisi di proatin tertinggi. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bandar-bandar ini dulunya hanyalah orang kepercayaan sultan Banten. Kemungkinan mereka memiliki jabatan terpandang khusus dalam sistem papadon semenjak itu.
Anggota keenam dari adat ditetapkan oleh Abung Tengamoan yang tidak termasuk ke asosiasi selatan. Kampung Pager Dewa berlaku sebagai kampung pendiri asosiasi timur laut Mego Pak. Dari ini, ikatan erat dari kedua suku ini sangat ditekankan. Tidak dapat dipahami bagaimana informan-informan yang sebelumnya dapat memisahkan Mego Pak dari suku-suku Abung lainnya. Maka, pemimpin suku yang terpandang dari suku-suku Tulangbawang merupakan anggota proatin Sewu Mego. Karena dalam hal ini tidak berkaitan dengan tujuan politis ataupun perang, ikatan ini menyatakan dengan jelas solidaritas suku-suku tersebut terhadap adat yang membuktikan hubungan sejarah budaya.
Selain itu, hal yang sama dijelaskan mengenai keanggotaan kedua penjimbang dari Buwei Lima. Di dalam keanggotaan tersebut juga dapat diketahui adanya ikatan erat sejarah budaya dari suku-suku barat laut pada kelompok utama Abung Sewu Mego.
Sebab itu, proatin Abung Sewu Mego lebih banyak daripada kedua dewan besar lainnya yang masih menanggung tugas nyata. Proatin ini adalah perwakilan dari seluruh bangsa Abung yang mewakili suku-suku dari ketiga asosiasi.
Teori yang dipublikasikan oleh van Royen mengenai perkembangan asosiasi ini perlu dibahas. Menurutnya, ketiga kelompok suku besar ini muncul dari eksistensi papadon. Van Royen membahas berulang kali mengenai kelompok Sesilangan. Hal ini tidak jelas apa yang ia maksudkan. Undangan untuk pesta papadon terikat pada suatu aturan. Penjimbang yang dapat memberikan informasi tentang hal tersebut selalu mengatakan bahwa mungkin yang dimaksudkan adalah perihal BB (Bahasa Belanda: Binnenlandsch Bestuur). Menurut mereka, BB adalah administrasi kolonial.
Tidak terdapat asosiasi papadon dalam artian yang dimaksudkan oleh van Royen dan juga tidak pernah terdapat jenis papadon serupa. Informasinya dapat saja berdasarkan pada kesalahpahaman. Asosiasi-asosiasi tersebut dapat tidak berkaitan dengan keberadaan papadon dalam bentuk sekarang karena sistem yang sangat rumit ini muncul dalam bentuk sekarang baru pada masuknya pengaruh Banten dalam empat abad terakhir. Asosiasi Abung Sewu Mego melacak kembali ke Unjai Minak Trio Diso dan Minak Paduka Begeduh, ke periode waktu pertengahan Abad Ke-15 saat terjadi hubungan pertama orang Abung dengan Banten pada pertengahan Abad Ke-16.
Apabila hubungan yang dikabarkan oleh van Royen antara keberadaan Papadon dan kemunculan asosiasi juga perlu dimentahkan, tidak perlu diperdebatkan bahwasanya memang terdapat hubungan erat antara kedua hal tersebut. (MI)
==========================
Tulisan ini menyadur buku Orang Abung, Catatan Rakyat Sumatera Selatan dari Waktu ke Waktu oleh Friedrich W Funke.
==============================================