BENCANA hidrometerologi masih mengepung sejumlah wilayah, termasuk di Lampung. Ancaman bencana alam seperti pohon tumbang kerap terjadi dan harus segera diantisipasi guna meminimalisasi segala bentuk kerugian yang ditimbulkan.
Seperti apa upaya penanggulangan bencana tersebut di Lampung, berikut wawancara wartawan Lampung Post Apriesti Liantiana dan Deta Citrawan dengan Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Derah (BPBD) Bandar Lampung M Rizki.
Bagaimana BPBD menyikapi gempuran bencana yang cukup banyak belakangan ini di Lampung?
Ya kalau di Bandar Lampung kalau dibilang tidak terlalu banyak juga, beda dengan daerah-daerah lainnya. Kalau di Bandar Lampung kebanyakan bencana pohon tumbang, bencana lainnya tidak terlalu. Kami menyikapi bencana ini dengan selalu siap 24 jam dan siaga untuk pengaduan bencana.
Persoalan pohon tumbang akibat angin kencang juga masih terjadi di banyak tempat, termasuk di Bandar Lampung. Bagaimana upaya pemangkasan pohon yang berpotensi tumbang terutama di jalan?
Kalau soal pohon tumbang di jalan, kami berkoordinasi dengan pihak terkait dalam hal ini Dinas Pertanian. Kalau untuk pemangkasan pohon yang masih berdiri, leading sector-nya Dinas Pertanian. Nah, jika Dinas Pertanian kekurangan personel, BPBD yang akan mem-back up-nya.
Terhadap korban pohon tumbang ini, siapakah yang bertanggung jawab?
Ya sebetulnya kalau bencana alam itu force majeure, yaitu kejadian-kejadian seperti kebakaran, gempa bumi, banjir atau huru-hara, BPBD hadir memberikan bantuan. Tetapi ada kalanya kami bekerja sama dengan Dinas Sosial.
Selain ikut menanggulangi bencana, BPBD juga menjadi tim inti satgas untuk melawan dan menekan angka Covid-19, apakah sumber daya manusia di BPBD cukup mumpuni atau ikut merengkuh sukarelawan?
BPBD Bandar Lampung terdiri dari 72 personel yang siaga 1 x 24 jam, di-back up tim Satgas sebanyak 216 orang, termasuk tim rescue 32 orang.
Untuk sementara, kami memberdayakan personel yang ada, termasuk dari satgas. Dan kami belum memberdayakan sukarelawan. Kalau untuk satgas, intinya sudah cukup dari BPBD, TNI, Polri kemudian dari Satpol PP dan Dinas Perhubungan.
Mengedukasi masyarakat terkait bencana juga menjadi tanggung jawab BPBD, seperti apa caranya?
Edukasi dari BPBD, kami selalu memberi pemahaman kepada masyarakat tentang daerah-daerah rawan bencana dan kita juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat bagaimana menyikapi apabila terjadi bencana seperti itu.
Pemkot juga melakukan membuka posko siaga bencana di bawah koordinasi BPBD, bagaimana bentuk posko ini dan apakah cukup efektif?
Kalau posko jelas sangat efektif karena posko dibentuk di beberapa kecamatan. Mereka juga menjadi garda terdepan apabila terjadi bencana. Jadi masyarakat diminta segera melapor kepada posko-posko tersebut untuk tindakan awal agar efektif.
BPBD Bandar Lampung juga menambah pos siaga dalam upaya antisipasi dampak cuaca buruk. Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Bandar Lampung Sutarno mengatakan terdapat 12 pos siaga bencana masing-masing di Kecamatan Tanjungkarang Timur, Sukabumi, Labuhanratu, Rajabasa, Kemiling, Telukbetung Utara, Bumiwaras, Panjang, Sukarame, Telukbetung Timur, Way Halim, Tanjungsenang, dan Kedamaian.
BPBD juga selalu berkoordinasi dengan BMKG untuk mengetahui informasi terkini. Juga dengan satker terkait seperti Dinas PU, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, TNI-Polri, dan lainnya. (R5)