PEMERINTAH diminta turun langsung mengatasi kasus putus sekolah. Sebab, hal ini berefek sangat negatif kepada anak putus sekolah.
“Selain membantu biaya operasional sekolah melalui BOS pusat dan daerah, juga biaya personal anak seperti ponsel android, pulsa dan kuota, dan sarana belajar di rumah yang memadai,” kata pengamat pendidikan, Undang Rosidin.
Menurutnya, pemerintah perlu mengidentifikasi siswa yang rentan putus sekolah untuk menindaklanjuti melalui program bantuan khusus.
Hal sama dikatakan sosiolog Dewi Ayu menyebut pemerintah seharusnya fokus kepada pelajar yang berekonomi rendah. Dampak negatif akan terjadi jika permasalahan ini dibiarkan dan akan terus meningkat.
“Pemerintah harus bergerak memantau ke sekolah-sekolah dan sentuh langsung anak yang membutuhkan perhatian tersebut. Tidak semua anak beruntung, sehingga anak dengan keadaan ekonomi orang tua yang rendah sangat butuh perhatian,” katanya.
Pengamat kebijakan pendidikan Muhammad Agung Permata mengatakan pembelajaran daring saat ini tidak bisa dijadikan permanen.
“Pendidikan di Indonesia ini hanya mengarah ke transfer pengetahuan selama pembelajaran, tapi kurang adanya pendidikan karakter jadi jangan dipermanenkan,” ujarnya.
Menurutnya, jika nantinya pendidikan daring diterapkan secara permanen akan menghasilkan otak yang cerdas, tapi watak yang kurang. Sebab, cara daring tidak bisa mengajarkan pendidikan karakter seperti sopan santun, menghormati, menghargai pendapat ini yang digunakan di lingkungan.
Sosiologi Amalia Aziz Ningsih mengatakan profesi guru tidak dapat digantikan dengan teknologi. Pembelajaran penuh secara daring akhir-akhir ini banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik maupun orang tua.
“Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat. Bagaimanapun pembelajaran terbaik adalah bertatap muka dan berinteraksi dengan guru dan teman-teman,” kata Amalia.
Ia mengatakan dalam proses belajar-mengajar secara tatap muka ada nilai yang bisa diambil siswa, seperti proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral yang hanya bisa didapatkan dengan interaksi sosial di suatu area pendidikan. (CK4/CR2/R5)