Corona dan Agama
Jangan jangan kita manusia beragama telah jumawa pada ritualitas doa, ibadah, dan kebaikan kebaikan kita.
Jangan jangan kita jumawa bahwa kitalah yang merasa mulia membela Tuhan dan agama padahal Tuhan tak perlu dibela karena demikian kuasa dan mulia.
Tuhan tidak butuh amal dan ibadah kita.
Iman kita hanya bongkahan kata.
Dan amal kita hanyalah ria belaka.
Jangan jangan kita jumawa. Hampir tiap saat kita atas nama agama mencerca sesama di media.
Jangan jangan corona hadir untuk membalas jumawa kita bersama yang sarat noda.
Dan Tuhan seolah tak mau menyapa.
Mesjid, vihara, gereja pada berduka.
Bandar Lampung, April 2020
==========
Corona dan Bau Amis Darah di Timur Tengah
Timur Tengah kemarin terus membara.
Jadi mainan negara adidaya.
Bau amis darah di mana mana.
Tua renta dan anak balita pada sengsara.
Muram dan duka bukan sebatas kata, tapi nyata di depan mata.
Perang demikian sarat kuasa dan angkara murka.
Timur tengah kemarin terus membara.
Jadi mainan negara adidaya.
Bau amis darah di mana mana.
Dan kita biasa menatap duka di media seraya bercanda bersama keluarga.
Tak punya empati tak juga simpati seolah hati nurani pada mati.
Corona kini menghajar kita dan mengajari negara adidaya yang kini tak berdaya.
Dan Tuhan pun seolah menista tak mau lagi menyapa.
Bandar Lampung, April 2020
=====
Hikmah Corona
Langit biru berarak awan putih
Udara bersih
Dan air sungai mengalir jernih
Samudra luas tak bersampah
Bumi sejenak terbebas
dari beban kotoran yang membuncah
Tak banyak lagi burung besi
Tak banyak lagi pabrik dan industri
Tak banyak lagi polusi
Dan alam kembali sunyi
Berjuta burung ceria
menghirup udara bebas
Berjuta ikan bermain penuh gairah
di lembah, sungai, dan laut lepas
Corona memberi hikmah
manusia jangan serakah
agar alam kembali ramah
Dan Tuhan tak lagi marah
Bandarlampung, April 2020
===
Air Mata
Air mataku titik di angkasa dibalut awan gelap
Senja telah lelap dan senyap terus menyelinap
Kau yang di sana tertidur lelap
Yang biasa berdiri di malam gelap
Kasihmu tak bertepi
aku rindu sampai mati
Surabaya, Desember 2019
===========
Nisan
Dari gedung yang menjulang
menjelang petang
Kujelang yang telah lama hilang
Dua batu nisan terbayang
Engkau lautan kasih sayang
Tak bertepi
Hingga mati
Surabaya, Desember 20l9
=========
Ketika Ajal Mendekap
Kucium keningmu dan kudekap
Kau tertidur lelap
Dunia telah kau lepaskan
dan tak lagi kau hiraukan
Kau kini merdeka dari beragam kesusahan dan penderitaan
Kau tak lagi tersiksa oleh berbagai pikiran dan kekhawatiran
Kegusaran, kegamangan telah kau enyahkan
Kau kulihat tenang, damai indah menghadap Tuhan
Menes, 21 Desember 2018
============
Atas Nama Demokrasi
Atas nama demokrasi, kau jual tuhan dan agama
Atas nama demokrasi, kau tebar kebencian dan hujatan di mana mana
Atas nama demokrasi, kau katakan surga dan neraka
Atas nama demokrasi, kau nistakan antar sesama
Atas nama demokrasi, kau biarkan rakyat sengsara
Atas nama demokrasi, kau biarkan rakyat putus asa
Atas nama demokrasi, kau jejali rakyat dengan kata tak bermakna
Dan atas nama demokrasi, akhirnya kau curi uang negara dan kami rakyat tetap menderita
Bandar Lampung, 21 November 2018
===
Buat Kakakku
50 tahun yangg lalu kami tertawa lepas
Ceria menghirup aroma bebas
Bermain riang di sawah dan ladang
Di ujung pematang
Kau lihat aku bermain layang layang
Kini kau terbaring lemas
Seolah tertidur pulas
Tak berdaya
Tak ada lagi sukacita
Tak ada lagi tawa
Semua bermuram duka
Saling menatap air mata
Waktu seolah merayap menuju senja
Cerita dan peristiwa
Lalu berganti beku
Menjadi kelu dan membisu…
Dan rumah kita nampak makin berdebu…
Selat Sunda, 26 November 2018
========