OMZET usaha pembuat gula semut atau gula aren yang disisir hingga berbentuk granula di Kabupaten Lampung Timur mengalami fluktuatif selama pandemi. Penurunan ini disebabkan kekurangan permodalan. Padahal, kebutuhan gula aren cukup diminati warga untuk membuat wedang rempah penambah stamina tubuh selama pandemi Covid-19 merebak.
Secara umum, turunnya penghasilan dari penjualan gula semut itu dikeluhkan para pengusaha gula yang berada di Lampung Timur. Namun, mereka tetap optimistis dapat melalui lesunya ekonomi selama pandemi.
āPenurunan omzet dari penjualan gula semut sejak pertengahan pandemi Covid-19 turun berkisar 20%ā35%. Kalau awal pandemi memang meningkat permintaannya,ā ujar Rohmat, pengusaha gula di Lampung Timur, Rabu (3/2).
Warga Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur itu mengungkapkan sejak terjadinya pandemi Covid-19, untuk Bandar Lampung ia memasok berkisar 85 kg per bulannya.
Ia membangun usaha gula semut sebagai upaya membantu warga yang terdampak pandemi, terutama yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Rohmat memperkerjakan delapan orang sejak satu tahun terakhir.
Usaha ini dirintis karena permintaan gula semut meningkat selama pandemi, baik untuk pasokan pasar lokal maupun ke luar daerah seperti Bandung dan Jabodetabek. Dari permintaan itu, sehingga per hari pihaknya menargetkan 200 kilogram gula semut dapat diproduksi untuk memenuhi pesanan.
“Untuk pesanan terus meningkat, namun permodalan dan alat pengemasan kami masih terbatas. Harapannya semoga tingkat kenaikan pemesanan gula semut terus meningkat sehingga dapat menutupi barang yang kekurangan dan lebih meningkatkan produksi,” katanya. (CK4/R5)